Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Legitimasi dalam Cerita Rakyat Nusantara

Kompas.com - 16/01/2024, 13:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berdasarkan tujuh cerita tersebut, diketahui bahwa legitimasi terwujud melalui transformasi status sosial tokoh manusia pelaku hirogami atau keturunannya yang semula merupakan pemuda biasa, pemuka agama, atau putra raja kemudian menjadi raja atau pejabat adat.

Baca juga: Cerita Asal Mula Berdirinya Ende, Dongeng Ambu Nggo’be hingga Dori Woi

Transformasi pada tokoh atau keturunan tokoh yang kemudian menjadi raja terlihat pada cerita “Bujang Bekorong”, “Pego dan Putri Petong”, “Putri Tujuh” (Ternate), “Sidang Belawan”, “Rajapala”, dan “Taka Tarub”.

Transformasi status yang kemudian menjadi pejabat adat terlihat pada cerita “Putri Tujuh” (Maluku).

Pada tujuh kisah tersebut, legitimasi selalu diawali dengan terjadinya hirogami. Pada “Sidang Belawan” antara Sidang Belawan dan Dewi Bungsu; pada “Bujang Bekurong” antara Sidang Belawan dan bidadari yang tidak disebutkan namanya; pada “Pego dan Putri Petong” antara Pego dan Kejora; pada “Putri Tujuh” (Ternate) antara Jafar Shadik (penyiar Islam dari Arab) dan Nur Sifa; pada “Putri Tujuh” (Maluku) antara Laweri Hulan dan Putri Bungso; pada “Rajapala” antara Rajapala dan Ken Sulasih; pada Jaka Tarub antara Jaka Tarub dan Nawangwulan.

Sebagai pernikahan suci, hirogami dipercaya memunculkan kekuatan ilahi pada tokoh maupun keturunannya (Hasyim, 2017). Menurut Jung (2014), kekuatan itu diperoleh karena adanya proses alkimia pada pernikahan hirogami.

Berdasarkan anggapan itu, keturunan hirogami dipercaya memiliki kekuasaan dan kemampuan untuk memimpin dan memakmurkan masyarakatnya.

Legitimasi melalui kisah hirogami tidak selalu terwujud pada manusia pelaku hirogami, tetapi dapat juga pada keturunannya.

Legitimasi yang terwujud pada pelaku hirogami terjadi pada tokoh Bujang Bekurong dalam cerita “Bujang Bekurong” dan Sidang Belawan dalam cerita “Sidang Belawan”.

Baca juga: Belajar Hal Baik Lewat Dongeng

Legitimasi yang terwujud pada anak pelaku hirogami terjadi pada I Durma anak Rajapala dalam cerita “Rajapala” dan empat anak dari Jafar Shadik dalam cerita “Putri Tujuh” (Ternate).

Legitimasi yang terwujud pada cucu pelaku hirogami terjadi pada Putri Petong selaku cucu dari Pego dalam cerita “Pego dan Putri Petong”.

Legitimasi yang terwujud pada keturunan-jauh pelaku hirogami terjadi pada Danang Sutawijaya selaku keturunan ke-6 Jaka Tarub dalam cerita “Jaka Tarub” dan Babad Tanah Jawa serta marga Tehupelasury selaku keturunan dari Laweri Hulan dalam cerita “Putri Tujuh” (Maluku).

Dalam tujuh cerita tersebut, pemberian legitimasi tidak semata karena penerima merupakan pelaku atau keturunan hirogami. Legitimasi dilengkapi dengan ujian-ujian susulan sebagai pengukuh.

Ujian digambarkan dengan adanya peristiwa atau Perjuangan berat yang harus dijalani calon penerima legitimasi. Selain pada “Rajapala”, “Jaka Tarub”, dan “Putri Tujuh” (Maluku), ujian berupa perjuangan untuk dapat menemukan dan membawa kembali bidadari ke bumi.

Perjuangan itu berkenaan dengan upaya untuk menemukan kayangan dan menuntaskan ujian dari raja kayangan sebagai syarat untuk dapat membawa kembali bidadari ke bumi.

Perjuangan dapat diselesaikan karena adanya bantuan tokoh lain atau binatang tertentu. Pada cerita “Rajapala” dan “Jaka Tarub”, ujian digambarkan melalui perjuangan tokoh penerima legitimasi dalam mengalahkan musuh raja saat itu.

Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Nama Ponorogo, Bermula dari Cerita Raden Bathoro Katong

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com