Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Geoengineering, Teknologi Mengurangi Suhu Panas Bumi

Kompas.com - 27/10/2023, 09:30 WIB
Usi Sulastri,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

2. Penghapusan Gas Rumah Kaca

Teknik penghapusan gas rumah kaca (GGR) atau Carbon Geoengineering bertujuan menghilangkan karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya dari atmosfer, mengurangi efek rumah kaca dan pengasaman laut.

Teknik-teknik GGR yang dilakukan di antaranya mencakup sebagai berikut.

  • Penghijauan: Penanaman pohon dalam skala global.
  • Biochar: Membakar biomassa dan menguburnya untuk mengunci karbon di dalam tanah.
  • Bio-energi dengan Penangkapan dan Sekuestrasi Karbon: Pertumbuhan biomassa, pembakaran untuk energi, dan penyimpanan karbon dioksida yang dihasilkan.
  • Penangkapan Udara Sekitar: Menghilangkan CO2 dari udara dan menyimpannya di tempat lain.
  • Pemupukan Laut: Menambah nutrisi di laut untuk meningkatkan penyerapan karbon dioksida.
  • Pelapukan yang Ditingkatkan: Eksposisi mineral yang bereaksi dengan CO2 dan menyimpan senyawa di laut atau tanah.
  • Peningkatan Alkalinitas Laut: Menggunakan batu kapur, silikat, atau kalsium hidroksida untuk meningkatkan kemampuan laut menyimpan karbon dan mengatasi pengasaman laut.

Lantas, apakah teknologi geoengineering memiliki dampak?

Baca juga: 184 Kota Ikonik di Dunia Diprediksi Tenggelam jika Suhu Bumi 3 Derajat Celcius

Teknologi geoengineering belum terbukti aman

Kendati geoengineering adalah inisiatif ambisius, namun tidak dapat disangkal bahwa teknologi ini masih belum dapat diandalkan sepenuhnya.

Hal itu mengingat dampak sampingan dan konsekuensi yang mungkin timbul, dikutip dari Forum Komunikasi Mahasiswa Himpunan Internasional Indonesia, Rabu (25/10/2023).

Diperlukan pengembangan lebih lanjut untuk mengurangi dampak negatif geoengineering dan secara bertahap meningkatkan efektivitasnya sebelum teknologi ini dapat menjadi solusi utama untuk mengatasi perubahan iklim dan emisi gas di seluruh dunia.

Selain itu, kekhawatiran terkait dengan implikasi teknologi ini menjadi salah satu keprihatinan utama bagi banyak negara di dunia, terutama negara-negara yang non-super power.

Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk mengambil pendekatan yang komprehensif dan holistik dalam mengadaptasi geoengineering, sehingga dapat diterima secara luas.

Baca juga: Pasangan Burung Monogami Ini Cerai gara-gara Suhu Bumi Menghangat

Erma Yulihastin, seorang ilmuwan peneliti di Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer, Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memberikan penjelasan tentang teknologi Geoengineering dalam wawancaranya dengan Kompas.com pada Senin (23/10/2023).

"Kalau kita melakukan rekayasa semacam itu sama aja dengan menimbulkan dampak yang malah sangat tidak kita perkirakan sebelumnya gitu dampaknya akan sangat besar untuk lingkungan," kata Erma.

Menurutnya, Geoengineering melibatkan inovasi seperti intervensi lapisan stratosfer untuk mengurangi suhu Bumi. Namun, ia menekankan, tindakan semacam itu dapat memiliki dampak yang sangat besar pada lingkungan, dampak yang sulit untuk diprediksi sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com