Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Berpotensi Bikin Bumi Terlalu Panas untuk Manusia

Kompas.com - 19/10/2023, 06:30 WIB
Sarah Adhira Rahmah,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perubahan iklim merupakan perubahan kondisi lingkungan bumi secara global jangka panjang yang signifikan pada suhu dan pola cuaca. 

Dampak perubahan iklim yang dapat dilihat secara nyata adalah suhu bumi yang semakin meningkat.

Dalam beberapa waktu terakhir, wilayah Indonesia mengalami cuaca panas walau sudah memasuki bulan Oktober yang seharusnya musim hujan.

Salah satu riset terakhir yang dilakukan sejumlah peneliti dari Penn State University, Amerika Serikat, mengungkap potensi perubahan iklim membuat beberapa bagian di bumi dapat benar-benar panas untuk dihuni manusia.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Lebih Banyak Wilayah Asia Tengah Jadi Gurun

Dilansir dari Science Daily, Senin (9/10/2023), sebuah riset yang dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan, dampak perubahan iklim yang semakin membuat Bumi mengalami pemanasan.

Pemanasan global, dalam studi ini tercatat di atas 1,5 derajat Celsius dari masa praindustrial, yakni sebelum revolusi industri terjadi. Dampak kenaikan suhu dan semakin panasnya Bumi dapat merusak kesehatan umat manusia di bumi.

Hal ini disebabkan manusia hanya tahan terhadap panas dan kelembaban udara sebelum gangguan kesehatan akibat panas terjadi, seperti serangan jantung atau serangan panas sehingga mekanisme eksresi keringat gagal dijalankan untuk mendinginkan badan.

Dampak perubahan iklim dari simulasi kenaikan suhu

Dalam riset tersebut, diketahui bahwa suhu bumi naik 1,8 derajat Fahrenheit sejak bahan bakar fosil mulai digunakan pada revolusi industri.

Hal ini sesuai dengan laporan yang dirilis NASA pada laman resminya, yakni suhu bumi meningkat 1,1 derajat Celsius.

Untuk mengetahui dampak perubahan iklim dan akibatnya pada suhu panas Bumi, para peneliti dari Penn State University tersebut membuat model simulasi kenaikan temperatur bumi antara 1,5 derajat Celsius sampai 4 derajat Celsius.

Baca juga: Perubahan Iklim Perburuk Penyebaran Penyakit Menular pada Manusia

Hasil simulasi ini memberikan gambaran bagian-bagian bumi yang mengalami panas ekstrem untuk dihuni manusia.

W. Larry Kenney, profesor fisiologi dan kinesiologi sekaligus co-author dalam riset tersebut mengatakan, model ini membutuhkan kolaborasi lintas ilmu terkait pemahaman iklim Planet Bumi dan sistem tubuh manusia yang diperlukan secara bersamaan, sehingga dapat diperoleh hasil simulasi yang semakin akurat.

Oleh karena itu, seorang ahli ilmu bumi dan planet, Matthew Huber dari Purdue University juga berkontribusi dalam riset ini.

 

Ilustrasi perubahan iklim, dampak perubahan iklim, krisis pangan, gelombang panas, pemanasan global.SHUTTERSTOCK/Piyaset Ilustrasi perubahan iklim, dampak perubahan iklim, krisis pangan, gelombang panas, pemanasan global.

Wilayah terancam panas karena perubahan iklim

“Data dari tim Kenney dari Penn State University jadi bukti empiris tentang kemampuan tubuh manusia untuk menoleransi panas.

Riset ini menjadi landasan prediksi baru atas perubahan iklim berpotensi menciptakan kondisi yang tidak bisa ditoleransi tubuh manusia, kata Huber.

Berdasarkan simulasi tersebut, jika suhu bumi naik 2 derajatCelsius, masyarakat di Pakistan, India, sub-sahara Afrika, dan wilayah timur di China setiap tahunnya akan mengalami panas ekstrem yang cukup lama.

Selain itu, apabila pemanasan global meningkat di atas 3 derajat Celsius, wilayah pesisir timur dari Amerika Serikat, wilayah di sekitar Amerika Selatan, dan Australia dapat mengalami panas dan kelembaban udara ekstrem yang tidak dapat ditoleransi tubuh manusia.

Baca juga: Perubahan Iklim Tingkatkan Kemungkinan Kebakaran Hutan Secara Global

Mekanisme ketahanan panas pada tubuh manusia

Dalam riset ini, Kenney menjelaskan mekanisme yang terjadi apabila seseorang mengalami cuaca panas ekstrem tersebut.

“Apabila manusia kepanasan, normalnya tubuh akan berkeringat, sehingga darah akan dipompa ke dekat kulit, akhirnya tubuh dapat menyesuaikan suhunya dengan suhu lingkungan.

Akan tetapi, pada kondisi suhu dan kelembaban udara ekstrem, mekanisme ekskresi keringat dapat terhenti, sehingga panas dalam tubuh semakin meningkat dan sulit mendingin.

Jika kondisi ini terjadi secara berkelanjutan, maka peredaran darah dapat terganggu dan berpotensi menyebabkan serangan jantung pada orang-orang golongan rentan.” kata Kenney.

Sementara itu, dalam riset tersebut diperoleh informasi bahwa emisi gas rumah kaca menjadi kunci kenaikan suhu bumi.

Oleh karena itu, Kenney dan tim menyebutkan, cara untuk menghentikan kenaikan suhu bumi sebagai dampak perubahan iklim adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca, terutama gas karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil.

 Baca juga: Perubahan Iklim Pengaruhi Produksi Tomat, Apa Dampaknya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com