Tanaman menyerap PM (Particulate Matters) melalui dedaunan dan pucuk serta mengakumulasinya di filosfer. Selanjutnya, PM yang terserap difitostabilisasi dan diimobilisasi di lapisan lilin tanaman.
Hasil penelitian oleh Weyens dkk. pada tahun 2015 membuktikan bahwa kapasitas filtrasi PM dapat dipengaruhi oleh karakteristik spesifik tanaman seperti kekasaran permukaan, ketebalan, ultrastruktur, pubertas, kandungan lilin, ukuran daun, dan struktur.
Keadaan iklim seperti angin, curah hujan, kuantitas, dan komposisi PM di atmosfer juga menyebabkan perubahan pada kapasitas tanaman dalam menangkap PM. Weber dkk.
Pada tahun 2014 menunjukkan bahwa vegetasi herba dan pepohonan merupakan remediasi PM yang efektif.
Mikroba pada tanaman meningkatkan pertumbuhan tanaman, menginduksi peningkatan biomassa tanaman, dan meningkatkan kapasitas remediasi PM tanaman dengan meningkatnya luas permukaan untuk penyerapan polutan.
Baca juga: Polusi Udara Bikin Lebah Sulit Temukan Bunga, Ini Akibatnya
Selain itu, mikroba juga berperan sebagai pupuk hayati dengan cara melarutkan unsur hara bagi tanaman.
Dengan demikian, tingkat toleransi tanaman terhadap tekanan lingkungan yang disebabkan oleh PM meningkat. Selain itu, mikroba juga memiliki kemampuan degradasi dan detoksifikasi yang kemudian meningkatkan efisiensi fitoremediasi dalam remediasi PM.
Penyerapan VOC (Volatile Organic Carbon) terutama terjadi pada stomata daun dan kutikula. Kemudian VOC dipindahkan dan disimpan melalui floem ke beberapa organ tanaman. Sifat-sifat VOC mempengaruhi efisiensi fitoremediasi.
VOC lipofilik lebih menyukai penyerapan kutikula dibandingkan dengan penyerapan melalui stomata, sedangkan difusi VOC hidrofilik kemungkinan besar terjadi melalui stomata daun.
Akibat gugurnya daun dan limpasan, VOC dapat disimpan dan terakumulasi di tanah dan rizosfer (bagian tanah yang sangat dekat dengan akar tanaman), sehingga terjadi degradasi.
Penyimpanan dan volatilisasi merupakan proses yang penting karena degradasi VOC mungkin tidak terjadi.
Spesies tanaman dengan volatilisasi VOC rendah harus diseleksi dengan hati-hati untuk fitoremediasi karena tanaman juga dapat menghasilkan VOC.
Alasan di balik tidak adanya degradasi adalah tanaman fototrofik tidak memecah molekul organik sebagai sumber energi. Untungnya, mikroba pada tanaman mampu memetabolisme senyawa organik ini menjadi karbon dioksida, air, dan biomassa.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Cara Baru Kendalikan Polusi Udara dari Sektor Industri
Pandey dan Bajpai (2019) melaporkan bahwa VOC yang dapat diolah dengan fitoremediasi adalah formaldehida, xilena, toulena, benzena, dan etilbenzena.
Hasil penelitian dari Weyens dkk. pada tahun 2015 menunjukkan bahwa fitoremediasi dapat digunakan untuk mengurangi polutan udara anorganik (IAP, Inorganic Air Pollutants) seperti karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3).