Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/09/2023, 06:30 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

Menurut artikel Boston University, suku Olmec, yang tinggal di selatan wilayah yang sekarang disebut Meksiko antara sekitar tahun 1500 SM dan 400 SM, menganggap kakao sebagai hadiah dari Dewa-dewa mereka, dan persembahan kakao dapat menghubungkan mereka dengan Dewa.

Cokelat dibawa ke Eropa

Salah satu alasan popularitas kakao adalah karena kandungan kafeinnya, yakni stimulan yang juga ditemukan dalam kopi.

McNeil mengatakan, bagi orang Amerika kuno, rangsangan dari kakao mungkin tidak kentara namun terasa menyegarkan. Meskipun stimulan lain tersedia di Amerika Selatan, kakao adalah satu-satunya stimulan di Mesoamerika, yang menjadi alasan mengapa kakao diterima dan menjadi sumber kekayaan di sana.

Kemudian, sejak abad ke-16, cokelat diperkenalkan di Dunia Baru ke Eropa sebagai minuman, dan dengan segera menjadi simbol kemewahan.

Baca juga: Bukan Cuma Jadi Makanan, Cokelat Jadi Mata Uang di Peradaban Maya Kuno

Sebagian besar dari yang kita sekarang anggap sebagai cokelat ditemukan pada tahun 1847 oleh perusahaan Inggris JS Fry and Sons.

Pada tahun 1795, Joseph Storrs Fry mematenkan metode penggilingan biji kakao dengan mesin uap; putra-putranya kemudian menggabungkan bubuk kakao, mentega kakao, dan gula untuk membuat coklat batangan padat, yang kemudian populer di Eropa.

Perusahaan tersebut akhirnya menjual beberapa produk cokelat. Orang Swiss sangat tertarik dengan coklat baru, dan pada tahun 1870-an perusahaan Swiss Nestlé menggunakan susu bubuk untuk memproduksi coklat susu batangan pertama.

Cokelat susu batangan yang diproduksi secara massal pertama kali dijual di Amerika Serikat pada tahun 1900 oleh Milton Hershey.

Cokelat batangan menjadi sangat populer di AS pada tahun 1920-an, ketika camilan menjamur seiring dengan menurunnya konsumsi alkohol karena larangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com