Bukti awal menunjukkan dua mekanisme umum yang mencakup efek biokimia polutan pada sistem pengaturan tidur di otak dan perubahan dalam fungsi pernapasan.
Polutan udara mungkin mempengaruhi sistem pengaturan tidur melalui saraf penciuman, mengakibatkan perubahan dalam zat kimia saraf.
Paparan polusi udara pada otak yang rentan bisa menyebabkan iritasi dan kerusakan pada pelindung epitel, yang mengakibatkan peradangan, stres oksidatif, dan degenerasi sel saraf.
Baca juga: Mengapa Kurang Tidur Memicu Kegemukan?
Kerusakan ini kemungkinan besar memengaruhi perilaku yang dikendalikan oleh otak, termasuk tidur.
Maka dari itu, dampak gangguan tidur yang disebabkan oleh polusi udara dapat memiliki dampak yang sangat signifikan.
Hubungan antara paparan polusi udara dan tidur mungkin terkait dengan dampaknya pada sistem pernapasan. Partikel kecil dalam polusi udara, khususnya, diyakini dapat terendap di saluran pernapasan dan merusak sel-selnya.
Kerusakan pada sel-sel pernapasan dapat mengakibatkan gangguan pernapasan, seperti peradangan atau pembengkakan pada selaput lendir.
Terutama di saluran pernapasan atas, hal ini dapat menyebabkan penyempitan dan hambatan aliran udara normal, meningkatkan risiko apnea dan hipoksia, yang akhirnya dapat mengganggu tidur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.