Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Letusan Gunung Tonga Jadi Penyebab Panas Ekstrem Tahun Ini?

Kompas.com - 28/08/2023, 08:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Letusan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai pada Januari 2022 merupakan salah satu letusan gunung berapi terbesar yang tercatat dalam sejarah.

Gunung Tonga itu meletus di bawah air dengan kekuatan setara 100 bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima saat Perang Dunia II. Ledakannya pun kemudian mengirimkan jutaan ton uap air ke atmosfer.

Beberapa orang pun kemudian berkomentar dalam beberapa minggu terakhir bahwa gunung berapi bawah laut itu adalah penyebab meningkatnya suhu musim panas, dan meragukan perubahan iklim sebagai sumber masalahnya.

Jadi apakah letusan dahsyat Gunung Api Tonga tersebut memang bertanggung jawab atas kondisi panas ekstrem yang terik di musim panas ini?

Baca juga: Apakah yang Menyebabkan Tahun 2023 Begitu Panas?

Panas ekstrem bukan karena Gunung Tonga

Dikutip dari Live Science, Sabtu (26/8/2023) Gloria Manney, ilmuwan riset senior di di NorthWest Research Associates dan Institut Pertambangan dan Teknologi New Mexico dan Luis Millán, ilmuwan riset di Jet Propulsion Laboratory NASA mengungkapkan bahwa panas ekstrem ini bukan karena letusan Gunung Api Tonga.

“Meski pun El Niño telah membuat suhu global lebih tinggi dan letusan Hunga Tonga-Hunga Ha’apai mungkin berdampak pada beberapa wilayah dalam waktu singkat, namun penyebab utamanya adalah perubahan iklim,” kata mereka.

Jadi, mengapa sebagian orang berpendapat bahwa penyebab panas ekstrem karena meletusnya Gunung Tonga?

Letusan gunung berapi besar biasanya menurunkan suhu karena mengeluarkan sulfur dioksida dalam jumlah besar, yang membentuk aerosol sulfat yang dapat memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa dan mendinginkan permukaan bumi untuk sementara.

Namun letusan Gunung Tonga memiliki efek lain karena terjadi di bawah air.

Baca juga: Apakah Kipas Angin Bisa Membantu Mengatasi Cuaca Panas?

 

“Letusan (gunung api) Hunga Tonga-Hunga Ha’apai merupakan hal yang aneh karena selain menyebabkan peningkatan aerosol stratosfer terbesar dalam beberapa dekade, letusan tersebut juga menyuntikkan uap air dalam jumlah besar ke stratosfer,” kata Manney.

Uap air merupakan gas rumah kaca alami yang menyerap radiasi matahari dan memerangkap panas di atmosfer.

Aerosol dan uap air berdampak berlawanan pada sistem iklim, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa, karena gumpalan uap air yang lebih besar dan lebih persisten, letusan dapat menimbulkan efek pemanasan permukaan sementara.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change pada bulan Januari memperkirakan bahwa letusan tersebut meningkatkan kandungan uap air di stratosfer sekitar 10-15 persen yang merupakan peningkatan terbesar yang pernah didokumentasikan oleh para ilmuwan.

Baca juga: Apakah Dampak Gelombang Panas Laut terhadap Kehidupan Bintang Laut?

Dengan menggunakan sebuah model, mereka menghitung bahwa uap air dapat meningkatkan suhu rata-rata global hingga 0,035 derajat Celsius.

Tetapi Stuart Jenkins, ilmuwan iklim dan peneliti pascadoktoral di Universitas Oxford di Inggris dan penulis utama studi bulan Januari tersebut mengatakan pengaruh gunung berapi terhadap suhu ekstrem tahun ini cukup kecil.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com