Kondisi ini hanya ditemukan di karst. Dari sini bisa disimpulkan bahwa ekosistem karst (eksokarst dan endokarst) adalah penyimpan karbon yang efektif.
Lanskap lahan basah karst perlu dilihat secara utuh, baik di permukaan maupun di bawah tanah. Terganggunya salah satu elemen akan berdampak pada terganggunya proses karstifikasi (pelarutan batuan) dan terlepasnya karbon ke udara.
Hilangnya vegetasi berarti mengurangi tangkapan air yang akan melarutkan batuan. Hilangnya seresah berarti mengganggu proses pembentukan tanah.
Baca juga: Mengenal Dolina, Uvala, dan Polje sebagai Bagian dari Kawasan Karst
Hilangnya batuan karbonat berarti menghilangkan bahan baku karstifikasi. Efek dominonya berdampak pada kelestarian lahan basah karst, kepunahan biodiversitas, dan peningkatan emisi karbon.
Di beberapa lokasi, hal ini terkait dengan ketahanan pangan berupa persediaan air untuk lahan pertanian.
Oleh karena itu melindungi kawasan karst sudah sepatutnya dilakukan. Komitmen pemerintah menetapkan status kawasan bentang alam karst dan geopark dapat didukung dengan aksi lain.
Misalnya pengusulan situs Ramsar untuk karst bawah tanah yang sudah terpetakan secara lengkap meliputi morfologi, hidrologi, beserta keragaman hayati. Disini diperlukan peran para ilmuwan, akademisi, maupun pemerhati yang konsisten melestarikan karst.
Indonesia sebagai salah satu negara peratifikasi konvensi tersebut berhak mengusulkan lahan basah karst sebagai situs Ramsar melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Situs ini tidak dibatasi untuk kawasan konservasi saja.
Contohnya hutan mangrove Ujungpangkah, Gresik yang diajukan tahun 2021.
Lahan basah karst akan menambah keragaman ekosistem 7 situs Ramsar di Indonesia berupa danau, rawa dan mangrove (https://rsis.ramsar.org/).
Dengan status terlindungi, maka manfaat berupa sumber air, keseimbangan hayati, serta penyimpan karbon anorganik terbesar dapat terus dinikmati makhluk hidup.
Baca juga: Pemetaan Baru Ungkap Sistem Gua Terpanjang di Dunia Bertambah 13 Kilometer
Melania Hanny Aryantie
Peneliti Pusat Riset Lingkungan dan Teknologi Bersih - BRIN
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya