Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa yang Memerintah Mesir Kuno Setelah Tutankhamun Meninggal?

Kompas.com - 03/04/2023, 03:34 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tutankhamun menjadi salah satu firaun Mesir kuno yang terkenal. Ia naik tahta saat masih kecil namun kemudian meninggal ketika berusia 19 tahun, antara tahun 1327 SM dan 1323 SM.

Namun kematiannya itu merupakan hal yang tidak terduga dan ia tidak meninggalkan pewaris tahta pula.

Baca juga: Misterius, Makam Istri Raja Tut Kini Akan Diungkap

Jadi siapa yang memerintah dalam kekosongan kekuasaan tersebut?

Pengganti Tutankhamun

Mengutip Live Science, Minggu (2/4/2023) setelah Raja Tut meninggal, seorang firaun bernama Ay naik tahta dan memerintah selama sekitar 4 tahun sampai ia meninggal.

Ay telah menjadi pejabat kerajaan senior selama bertahun-tahun dan mungkin adalah ayah dari Nefertiti, istri dari ayah Tut, Akhenaten.

Baca juga: Ratusan Mumi Ditemukan di Dekat Makam Firaun Mesir Tutankhamun

Buktinya ditemukan dalam gelarnya sebagai 'God's Father' yang mungkin menyiratkan bahwa Ay adalah ayah mertua Akhenaten.

Tetapi menurut Aidan Dodson, profesor Egyptology di University of Bristol di Inggris, Ay tidak disambut baik oleh keluarga Tutankhamun.

Surat-surat kuno menunjukkan bahwa janda Tutankhamun yang bernama Ankhesenamun, sangat ingin mencegah Ay menjadi firaun dan meminta orang Het, berasal dari kerajaan yang berbasis di Anatolia (Turki modern) untuk mengirim seorang pangeran yang dapat menikahinya dan memerintah Mesir.

Ankhesenamun mungkin mencoba mendapatkan suami orang Het untuk mempertahankan kekuatannya.

"Seorang suami asing akan bergantung padanya," kata Dodson.

Salinan korespondensi yang tersisa ditemukan lebih dari seabad yang lalu dan terjemahan pertama diterbitkkan dalam bahasa Prancis pada tahun 1931.

Politik Mesir Kuno

Raja Het yang bernama Suppiluliuma I merasa sulit untuk percaya bahwa orang Mesir akan mengizinkan seorang Het menjadi firaun, tetapi akhirnya mengirim salah satu putranya, Zannanza.

Baca juga: Belati Kuno Raja Tut Bukan dari Mesir, Artefak Berusia 3.400 Tahun Beri Petunjuk

Sayangnya, Zannanza meninggal dalam perjalanan atau setelah memasuki Mesir.

Dodson mencatat bahwa kemungkinan kematian Zannanza disebabkan oleh sebab alami karena catatan sejarah menunjukkan adanya wabah di daerah yang akan dia lalui.

Namun ada kemungkinan juga Zannanza dibunuh karena mungkin ada faksi di istana Mesir yang menentang seorang het menjadi raja dan kemudian mengatur kematiannya.

Tidak semua orang setuju Ankhesenamun benar-benar menulis surat permintaan mendapatkan seorang suami.

"Apakah ini benar-benar permohonan yang tulus untuk suami, ini tampaknya paling tidak mungkin," kata Joyce Tyldesley, seorang profesor Egyptology di University of Manchester di Inggris.

Pasalnya, Ankhesenamun terlahir sebagai bangsawan dan dapat memerintah dengan haknya sendiri. Tyldesley pun mencatat bahwa tidak mungkin seorang Mesir akan menerima seorang pangeran Het sebagai firaun.

Jadi bisa jadi surat tersebut mungkin bagian dari rencana yang entah dibuat di istana Het atau di Mesir.

Baca juga: Firaun Tutankhamun Dimumikan dengan Penis Ereksi, Apa Alasannya?

Bagaimanapun, dengan kematian Zannanza, rencana Ankhesenamun pun gagal, dan Ay akhirnya bisa mengambil alih kekuasaan.

Pemerintahan Ay terbilang singkat. Ia membangun kuil kamar mayat di Thebes (sekarang Luxor) dan menyiapkan makam untuk dirinya sendiri di Lembah Para Raja.

Akhir pemerintahan Ay juga kontroversial. Penggantinya bernama Horemheb, menodai makamnya dan menghapus nama dan gambar Ay berserta istrinya.

"Tampaknya ada perebutan kekuasaan antara putra Ay dan Horemheb. Setelah menang Horemheb perlu menunjukkan bahwa Ay adalah hal yang buruk," kata Dodson.

Selain menodai makam Ay, Horemheb mengeluarkan dekrit yang mencela dia. Dekrit tersebut menggambarkan periode sebelum pengangkatannya sebagai salah satu kekacauan dan korupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com