Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/02/2023, 19:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa dari Anda mungkin pernah mendengar istilah Asteroid Belt atau Sabuk Asteroid. Namun apa itu dan di mana asteroid ini berada?

Sabuk Asteroid adalah wilayah antara orbit Mars dan Jupiter yang berisi planet kerdil, asteroid hingga partikel debu.

Meskipun berskala masif, Sabuk Asteroid atau juga dikenal sebagai "Sabuk Utama" hanya terdiri 4 persen dari massa Bulan.

Sabuk Asteroid terletak di antara Mars dan Jupiter ini telah diketahui sejak zaman astronom Johannes Kepler. Ia percaya, celah itu terlalu besar, yang artinya pasti ada planet di suatu tempat di ruang tersebut.

Pencarian planet di wilayah itu pun berlangsung hingga akhirnya Giuseppe Piazzi, seorang astronom di Sisilia menemukan planet kerdil Ceres pada 1 Januari 1801.

Baca juga: Apa Itu Energi Gelap di Alam Semesta?

Setelah penemuan ini, Heinrich Olbers menemukan asteroid Pallas. Pada tahun 1807, dua benda ditemukan di Sabuk Asteroid yang kemudian dikenal sebagai Juno dan Vesta.

Dikutip dari Science ABC, Rabu (22/2/2023) selama beberapa tahun, temuan tersebut secara resmi dianggap sebagai planet Tata Surya.

Akan tetapi, banyak benda langit lain yang lebih kecil kemudian ditemukan di sabuk ini yang membuat daftar planet yang berkembang menjadi tidak masuk akal dan tidak praktis.

Pada awal 1850-an, benda-benda langit yang sudah ditemukan itu dikeluarkan dari daftar planet formal dan malah dikelompokkan dalam kategori baru yang disebut asteroid.

Baca juga: Apa Itu Patahan Bumi Pemicu Gempa di Banyak Negara, Termasuk Turkiye-Suriah?

Asteroid Psyche bernilai 10 juta triliun dolar. NASA siapkan misi untuk mempelajari asteroid yang berada di sabuk asteroid antara planet Mars dan Jupiter ini, yang diduga menyimpan sejarah penting pembentukan planet awal tata surya.NASA Asteroid Psyche bernilai 10 juta triliun dolar. NASA siapkan misi untuk mempelajari asteroid yang berada di sabuk asteroid antara planet Mars dan Jupiter ini, yang diduga menyimpan sejarah penting pembentukan planet awal tata surya.

Sekitar waktu inilah wilayah antara Mars dan Jupiter kemudian disebut sebagai Sabuk Asteroid, meskipun tidak ada catatan resmi tentang siapa yang mencetuskan istilah tersebut.

Jumlah asteroid yang bisa dilacak pun semakin banyak. Catatan terakhir pada tahun 2000 ada sekitar 100.000 yang berhasil dilacak.

Pembentukan Sabuk Asteroid

Asal-usul Sabuk Asteroid sendiri dapat ditelusuri melalui hipotesis pembentukan planet yang diawali dengan awan antarbintang.

Awan debu dan gas menjadi terlalu berat dan runtuh karena gravitasinya sendiri untuk membentuk piringan materi.

Baca juga: Apa Itu Cincin Api Pasifik yang Membuat Wilayah Indonesia Sering Gempa?

 

Cakram tersebut kemudian semakin memadat menjadi apa yang kita lihat hari ini sebagai Matahari dan planet-planet.

Selama proses ini, partikel bertabrakan dan menggumpal dalam proses akresi. Ketika menjadi cukup besar, mereka membentuk sebuah planet, di mana benda langit lainnya tertarik oleh gravitasi yang dominan. Benda yang lebih kecil disebut planetesimal.

Namun planetesimal di wilayah antara Mars dan Jupiter ini kemudian terganggu oleh gravitasi masif Jupiter dan karena itu tidak dapat tumbuh menjadi planet seutuhnya, meninggalkan bentuk seperti sekarang ini.

Sebagian besar penghuni Sabuk Asteroid diyakini muncul dalam sepuluh juta tahun pertama pembentukan Tata Surya. Ini terjadi sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.

Baca juga: Apa Itu Sesar Gempa yang Sering Jadi Penyebab Gempa Bumi di Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com