KOMPAS.com - Tidak seperti taring hewan lainnya, taring ular berfungsi sebagai sistem pengiriman racun.
Dengan gigitan secepat kilat, ular dapat menyuntikkan bisa melalui taringnya tersebut ke mangsanya dan membuat lumpuh atau bahkan mengakibatkan kematian buruannya.
Rahasia dari kemampuan itu adalah taring ular memiliki lekukan di sepanjang sisi atau lubang penuh di dalam gigi yang membantu mereka menyuntikkan racun ke mangsanya.
Akan tetapi, bagaimana taring ular berevolusi?
Alessandro Palci yang merupakan ahli paleontologi dan evolusi di Flinder Univerity Australia bersama timnya mengungkap bagaimana gigi khusus pemberi racun itu berevolusi.
Baca juga: Bagaimana Cara Ular Mengambang di Air?
Dikutip dari Live Science, Selasa (7/2/2023) dalam penelitian mereka terkait evolusi ular yang dipublikasikan di Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences tim peneliti tersebut menunjukkan taring berbisa pertama kali berkembang sebagai lekukan di dasar gigi ular.
Lekukan pada taring ular ini kemungkinan berevolusi untuk menjaga agar gigi tetap melekat erat pada rahang karena gigi ular biasanya memiliki akar yang sangat dangkal.
Lekukan ini disebut plicidentine, memberi rahang lebih banyak area permukaan untuk bisa menempel. Dari situlah taring kemudian berkembang.
"Yang istimewa dari ular bertaring adalah gigi mereka yang memiliki lekukan jauh lebih besar dan dalam. Ketika salah satu lekukan tumbuh lebih besar dari yang lain akan membentuk lekuk di sepanjang gigi (taring ular)," kata Palci.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.