Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/02/2023, 10:00 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidak seperti taring hewan lainnya, taring ular berfungsi sebagai sistem pengiriman racun.

Dengan gigitan secepat kilat, ular dapat menyuntikkan bisa melalui taringnya tersebut ke mangsanya dan membuat lumpuh atau bahkan mengakibatkan kematian buruannya.

Rahasia dari kemampuan itu adalah taring ular memiliki lekukan di sepanjang sisi atau lubang penuh di dalam gigi yang membantu mereka menyuntikkan racun ke mangsanya.

Akan tetapi, bagaimana taring ular berevolusi

Alessandro Palci yang merupakan ahli paleontologi dan evolusi di Flinder Univerity Australia bersama timnya mengungkap bagaimana gigi khusus pemberi racun itu berevolusi.

Baca juga: Bagaimana Cara Ular Mengambang di Air?

Dikutip dari Live Science, Selasa (7/2/2023) dalam penelitian mereka terkait evolusi ular yang dipublikasikan di Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences tim peneliti tersebut menunjukkan taring berbisa pertama kali berkembang sebagai lekukan di dasar gigi ular.

Lekukan pada taring ular ini kemungkinan berevolusi untuk menjaga agar gigi tetap melekat erat pada rahang karena gigi ular biasanya memiliki akar yang sangat dangkal.

Lekukan ini disebut plicidentine, memberi rahang lebih banyak area permukaan untuk bisa menempel. Dari situlah taring kemudian berkembang.

"Yang istimewa dari ular bertaring adalah gigi mereka yang memiliki lekukan jauh lebih besar dan dalam. Ketika salah satu lekukan tumbuh lebih besar dari yang lain akan membentuk lekuk di sepanjang gigi (taring ular)," kata Palci.

Baca juga: Bagaimana Asal Muasal Ular Punya Taring Berbisa?

Ilustrasi ular kobra Jawa atau Javan spitting cobra (Naja sputatrix) banyak dijumpai di permukiman di Jakarta dan sekitarnya. Ular berbisa, taring ular.SHUTTERSTOCK/Kurit afshen Ilustrasi ular kobra Jawa atau Javan spitting cobra (Naja sputatrix) banyak dijumpai di permukiman di Jakarta dan sekitarnya. Ular berbisa, taring ular.

Lekukan ini kemudian menggiring cairan beracun dari kelenjar racun terdekat ke mangsa sementara ular itu mengigit.

"Pada ular yang lebih modern (misalnya beludak dan kobra) alurnya telah semakin dalam sampai ujungnya bertemu, menyegel alur dan membentuk struktur seperti tabung berongga yang menyerupai jarum suntik," ungkap Palci.

"Lekukan ini dipilih selama jutaan tahun evolusi untuk menghasilkan taring seperti jarum suntik yang besar dan sangat efisien," tambah Palci.

Jadi jika berbicara mana yang lebih dulu ada, racun ataukah gigi taring ular?

Baca juga: Seperti Apa Wujud Ular yang Dinamai Leonardo DiCaprio dari Hutan Panama?

Menurut Palci, bisa sederhana diperkirakan muncul sangat awal pada nenek moyang ular dan beberapa kadal (kelompok disebut Toxicofera). Oleh karena itu taring berevolusi setelah racun ada.

Kehadiran racun kemungkinan merupakan prasyarat penting untuk evolusi taring yang beracun.

"Ular cukup unik dalam evolusi taring khusus ini pasalnya taring racun jarang berkembang di luar kelompok hewan ular," papar Palci.

Kendati demikian, masih ada juga sedikit hewan yang mengembangkan taring berbisa.

Contohnya adalah sekelompok mamalia penggali di Karbia bernama solenodon yang terlihat seperti tikus gemuk atau ikan kecil bernama fang blennies yang menggunakan taring untuk memberi racun tanpa rasa sakit hingga menurunkan tekanan darah korban.

Baca juga: Kenapa Gigitan Ular King Cobra Sangat Mematikan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com