Dalam fase tersebut, pria ini kemudian dipindahkan ke Pusat Medis Universitas San Francisco (UCSF), di mana dokter kemudian mengambil sampel jaringan otak pasien dan cairan bening yang mengelilingi otak serta sumsum tulang belakang.
Analisis kemudian menunjukkan adanya B. mandrillaris di dalam otak pria tersebut.
Dokter pun selanjutnya meresepkan pasien dengan rejimen obat antiparasit, antibakteri dan antijamur yang agresif.
"Itu yang direkomendasikan karena kebetulan digunakan pada pasien yang selamat," Dr. Natasha Spottiswoode, seorang dokter-ilmuwan penyakit menular di UCSF dan penulis pertama laporan kasus tersebut, mengatakan kepada Science.
Baca juga: Apa Saja Gejala Infeksi Amoeba Pemakan Otak yang Menyerang Pria Korea Selatan?
Kendati demikian, pengobatan yang dilakukan tersebut memicu efek samping yang parah, termasuk gagal ginjal, dan pasien belum bebas amoeba.
Selanjutnya, dokter mulai mencari solusi lain, Spottiswoode pun mempelajari laporan tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal mBio.
Dalam laporan tersebut para peneliti UCSF menemukan bukti bahwa antibiotik yang disebut nitroxoline dapat membunuh B. mandrillaris di laboratorium.
Obat tersebut bahkan mengantongi izin penggunaan di Eropa, tetapi tidak di Amerika Serikat, sehingga tim medis pun meminta izin dari FDA untuk menggunakannya.
Setelah mendapat izin penggunaan, pasien segera mendapatkan pengobatan dengan nitroxoline dan mengamati peningkatan kondisi yang sangat cepat dalam waktu seminggu.
Baca juga: Infeksi Otak Langka dari Amoeba Pemakan Otak Ditemukan di Florida
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.