Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Infeksi Amoeba Pemakan Otak Berhasil Diobati dengan Obat Ini

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, infeksi amoeba pemakan otak menarik perhatian dunia, setelah seorang pria Korea Selatan dilaporkan meninggal dunia karena penyakit tersebut.

Infeksi amoeba pemakan otak adalah infeksi otak yang langka, bahkan belum ada obatnya. Namun, belum lama ini, sebuah studi menunjukkan keberhasilan perawatan infeksi yang disebutkan oleh amoeba pemakan otak.

Menariknya, seperti diberitakan Live Science, Selasa (7/2/2023), obat yang berhasil mengobati infeksi tersebut merupakan obat yang biasanya digunakan untuk merawat pasien infeksi saluran kemih (ISK).

Dalam studi yang dilaporkan di majalah Science, menunjukkan bahwa obat berusia puluhan tahun yang digunakan untuk mengobati ISK dapat bekerja untuk infeksi amoeba pemakan otak yang telah membunuh banyak orang.

Hasil yang menjanjikan dari obat ini ditunjukkan dalam studi kasus yang diterbitkan bulan Januari di jurnal Emerging Infectious Diseases.

Studi ini dilakukan pada pria berusia 54 tahun yang otaknya telah dimasuki amoeba Balamuthia mandrillaris.

Menurut CDC, organisme bersel tunggal tersebut hidup di debu, tanah dan air dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka kulit dan paru-paru saat terhirup.

Amoeba tersebut kemudian menyusup ke aliran darah dan berjalan ke otak, lalu memicu infeksi yang sangat langka yang disebut "ensefalitis amuba granulomatosa", dan infeksi ini telah membunuh sekitar 90 persen orang yang terkena.

CDC mencatat bahwa penyakit infeksi amoeba tersebut mungkin tampak ringan pada awalnya, namun bisa menjadi lebih parah selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.

Sebelum didiagnosa mengidap infeksi amoeba pemakan otak, pria dalam studi tersebut awalnya dirawat di rumah sakit California Utara karena kejang yang tidak dapat dijelaskan. Melalui pemeriksaan MRI menunjukkan massa di sisi kiri otaknya terdapat pembengkakan.

Dalam fase tersebut, pria ini kemudian dipindahkan ke Pusat Medis Universitas San Francisco (UCSF), di mana dokter kemudian mengambil sampel jaringan otak pasien dan cairan bening yang mengelilingi otak serta sumsum tulang belakang.

Analisis kemudian menunjukkan adanya B. mandrillaris di dalam otak pria tersebut.

Studi terapi infeksi amoeba pemakan otak

Dokter pun selanjutnya meresepkan pasien dengan rejimen obat antiparasit, antibakteri dan antijamur yang agresif.

"Itu yang direkomendasikan karena kebetulan digunakan pada pasien yang selamat," Dr. Natasha Spottiswoode, seorang dokter-ilmuwan penyakit menular di UCSF dan penulis pertama laporan kasus tersebut, mengatakan kepada Science.

Kendati demikian, pengobatan yang dilakukan tersebut memicu efek samping yang parah, termasuk gagal ginjal, dan pasien belum bebas amoeba.

Selanjutnya, dokter mulai mencari solusi lain, Spottiswoode pun mempelajari laporan tahun 2018 yang diterbitkan dalam jurnal mBio.

Dalam laporan tersebut para peneliti UCSF menemukan bukti bahwa antibiotik yang disebut nitroxoline dapat membunuh B. mandrillaris di laboratorium.

Obat tersebut bahkan mengantongi izin penggunaan di Eropa, tetapi tidak di Amerika Serikat, sehingga tim medis pun meminta izin dari FDA untuk menggunakannya.

Setelah mendapat izin penggunaan, pasien segera mendapatkan pengobatan dengan nitroxoline dan mengamati peningkatan kondisi yang sangat cepat dalam waktu seminggu.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/02/07/190000923/infeksi-amoeba-pemakan-otak-berhasil-diobati-dengan-obat-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke