Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Membuat Bom Hidrogen Lebih Mematikan dari Bom Atom?

Kompas.com - 13/01/2023, 10:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Tragedi Perang Dunia II, dengan dijatuhkan dua bom atom telah memberikan dampak yang sangat mengerikan bagi dua kota di Jepang.

Namun, ternyata dahsyatnya bom atom yang diledakkan Amerika Serikat tahun 1945 di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, masih jauh lebih mematikan jika bom hidrogen meledak.

Apa yang membuat bom hidrogen bisa lebih mematikan dibandingkan bom atom?

Alasan bom hidrogen lebih mematikan

Dilansir dari Science ABC, Jumat (13/1/2023), dibandingkan dengan bom atom, bom hidrogen atau bom-H memiliki kemampuan ledakan yang jauh lebih kuat dan mematikan.

Hal ini karena bom hidrogen meledak lebih kuat daripada bom atom.

Baca juga: Apa yang Membuat Cabai Jadi Pedas?

 

Namun, gelombang kejut kedua jenis bom ini, sama-sama meledakkan panas dan radiasi yang melintasi bidang efek yang lebih luas.

Setiap bom hidrogen dapat membawa potensi kerusakan yang sangat besar, bahkan dapat melenyapkan kota modern mana pun di dunia.

Bom hidrogen memanfaatkan energi bom atom sebagai pemicunya. Bahan bakar bom hidrogen memampatkan atau memadatkan dengan lebih cepat.

Akibatnya, ledakan bom hidrogen yang lebih besar dapat dihasilkan dengan menggunakan lebih banyak bahan bakar.

Baca juga: Apa yang Dimaksud Amoeba Pemakan Otak yang Muncul di Korea Selatan?

Foto handout ini diambil pada 6 Agustus 1945 oleh Angkatan Darat AS dan dirilis oleh Hiroshima Peace Memorial Museum, menunjukkan asap berbentuk jamur dari ledakan bom atom yang dijatuhkan dari B-29 Enola Gay di atas Kota Hiroshima. Pada 73 tahun lalu, Agustus 1945, AS menjatuhkan bom 'Little Boy' di Kota Hiroshima, Jepang, sebagai tahap akhir PD II yang menewaskan lebih dari 120.000 orang. Setelah Hiroshima, Kota Nagasaki menjadi sasaran berikutnya.AFP PHOTO/HIROSHIMA PEACE MEMORI Foto handout ini diambil pada 6 Agustus 1945 oleh Angkatan Darat AS dan dirilis oleh Hiroshima Peace Memorial Museum, menunjukkan asap berbentuk jamur dari ledakan bom atom yang dijatuhkan dari B-29 Enola Gay di atas Kota Hiroshima. Pada 73 tahun lalu, Agustus 1945, AS menjatuhkan bom 'Little Boy' di Kota Hiroshima, Jepang, sebagai tahap akhir PD II yang menewaskan lebih dari 120.000 orang. Setelah Hiroshima, Kota Nagasaki menjadi sasaran berikutnya.

Sejauh ini, bom hidrogen tidak pernah dikerahkan dalam pertempuran oleh negara mana pun, tetapi bom ini memiliki potensi untuk membunuh lebih banyak orang yang secara signifikan.

Padahal, bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki, Jepang telah dikenal sebagai bom mematikan yang menewaskan lebih dari 200.000 orang.

Tentunya, jika bom hidrogen ini digunakan akan semakin banyak orang yang akan menjadi korban.

Pada saat bom atom yang menggunakan uranium-235 (U-235) diaktifkan, maka akan banyak U-235 yang tersisa.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Otak Saat Kita Muntah?

Bom atom Hiroshima memiliki kandungan U-235 sekitar 50 Kg, dengan bahan tersebut dampak ledakannya bisa mencapai 500 kiloton, jika seluruh bahan bakar U-235 terbelah.

Tetapi, semua itu hanya menghasilkan 3 persen dari nilai sebenarnya. Jadi, bom atom masih memiliki batas kekuatan, namun tidak pada bom hidrogen yang kekuatannya bisa melampaui semua batas bom tersebut.

Begitu mengerikannya dampak bom hidrogen dan bom atom jika dijadikan senjata perang, oleh karenanya penting untuk mengontrol kekuatan ini.

Sebab, teknologi nuklir memiliki kekuatan untuk mengubah nasib seluruh bangsa.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Matahari Mati?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com