Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/12/2022, 09:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Gunung berapi telah ada sejak lama di planet Bumi. Berdasarkan sifat dan karakternya, gunung berapi ternyata dikelompokkan ke dalam beberapa jenis.

Gunung berapi adalah celah di kerak Bumi, tempat lava atau lahar, batu, dan gas, saat celah ini meletus. Terbentuknya gunung berapi juga dapat terjadi akibat akumulasi produk letusan, yakni magma atau lahar, batu dan gas tersebut.

Dilansir dari Live Science, Rabu (30/11/2022), para ahli juga meyakini, bahwa gunung berapi yang telah ada sejak lama, kemungkinan menjadi penyebab bencana seperti kepunahan massal pada sekitar 250 juta tahun lalu.

Menurut Seth D. Burgess dan Samuel A. Bowring, dalam makalah yang dipublikasikan di jurnal Science Advances tahun 2015, kepunahan massal di Bumi di masa itu menyebabkan musnahnya 90 persen kehidupan laut dan 75 persen spesies darat.

Salah satu perstiwa gunung meletus paling bersejarah dan terkenal sepanjang sejarah kegunungapian, adalah bencana Gunung Vesuvius yang meletus pada tahun 79 M.

Bencana gunung berapi di Italia masa lalu itu memusnahkan kota Pompeii dengan abu vulkanik, mengubur banyak penduduknya, dan wilayah ini pun menjadi situs arkeologi yang sangat penting sejak saat itu.

Baca juga: Bagaimana Gunung Berapi Bisa Meletus? Begini Prosesnya

Jenis-jenis gunung berapi di dunia

Ada begitu banyak gunung berapi terbentuk di Planet Bumi. Berdasarkan karakteristik letusan gunung berapi hingga bentuknya, para ahli mengelompokkan ke dalam beberapa jenis.

Lantas, apa saja jenis-jenis gunung berapi di dunia?

1. Gunung berapi kerucut (Scoria Cones)

Menurut San Diego State University, ini adalah jenis gunung berapi yang paling umum, dan merupakan gunung berapi berbentuk kerucut simetris.

Gunung berapi ini dapat terjadi sebagai gunung berapi tunggal atau sekunder yang dikenal sebagai "kerucut parasit" di sisi stratovolcano atau gunung berapi perisai.

Fragmen lava yang disemburkan ke udara saat gunung berapi meletus, dikeluarkan dalam satu lubang yang disebut dengan tephra.

Jenis gunung berapi kerucut cinder ini berukuran cukup kecil, umumnya hanya memiliki tinggi sekitar 91 meter, bahkan tingginya tidak lebih dari 1.200 kaki (366 meter).

2. Gunung berapi strato

Jenis gunung berapi strato ini disebut juga sebagai gunung berapi komposit karena gunung api ini dibangun dari lapisan aliran lava bergantian, abu dan balok batu yang tidak meleleh.

Baca juga: Mengenal Gunung Berapi Meletus Tipe Hawaii Seperti Mauna Loa

Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar terlihat dari Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Kamis (30/12/2021). Menurut data BPPTKG periode pengamatan Senin (3/1) pukul 00:24 WIB dan Selasa (4/1) pukul 00:00-06:00 WIB secara visual Gunung Merapi teramati 32 kali mengeluarkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.800 m ke arah barat daya.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Gunung Merapi mengeluarkan guguran lava pijar terlihat dari Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kabupaten Sleman, Kamis (30/12/2021). Menurut data BPPTKG periode pengamatan Senin (3/1) pukul 00:24 WIB dan Selasa (4/1) pukul 00:00-06:00 WIB secara visual Gunung Merapi teramati 32 kali mengeluarkan guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.800 m ke arah barat daya.

Menurut Survei Geologi AS, jenis gunung berapi strato tidak lebih besar dari tipe kerucut cinder, yang mana ketinggian jenis gunung berapi tersebut mencapai 2.438 meter.

Stratovolcano dihasilkan dari sistem saluran ventilasi yang mengarah dari reservoir magma di bawah permukaan.

Saat gunung berapi jenis ini tidak aktif, mereka biasanya memiliki sisi cekung yang curam yang menyapu bersama di bagian atas di sekitar kawah yang relatif kecil.

Jenis gunung berapi strato dapat meletus dengan dahsyat. Tekanan gas terbentuk di ruang magma, di bawah panas dan tekanannya sangat besar, larut dalam batuan cair.

Karena magma dan gas terbentuk dalam sistem saluran bawah tanah, gunung berapi strato dapat meledakkan sisi kerucut, serta kawah puncak.

Baca juga: Gunung Mauna Loa Hawai Meletus, Kenapa Gunung Berapi Bisa Meletus?

Menurut situs Geografi, jenis gunung api strato di Indonesia di antaranya seperti Gunung Merapi, Gunung Krakatau, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Semeru dan Gunung Tambora.

3. Gunung berapi perisai

Adalah jenis gunung berapi yang besar dan landai yang terbentuk dari lava yang sangat tipis yang dapat menyebar ke segala arah dari lubang pusat.

Gunung api ini memiliki pangkalan lebar dengan diameter beberapa mil dengan lereng tengah yang lebih curam dan puncak yang lebih datar.

Lereng cembung yang lembut memberi mereka garis besar seperti perisai ksatria abad pertengahan. Letusan gunung berapi ini umumnya tidak eksplosif, tetapi lebih seperti cairan yang meluap di sekitar tepi wadah.

Baca juga: Letusan Gunung Berapi Tonga Resmi Jadi yang Terbesar di Abad 21

Ilustrasi gunung berapi di Kepulauan Hawaii yang meletus mengeluarkan lava pijar atau lahar.SHUTTERSTOCK/Yvonne Baur Ilustrasi gunung berapi di Kepulauan Hawaii yang meletus mengeluarkan lava pijar atau lahar.

Magma atau lahar yang keluar dari perut gunung berapi ini akan mengalir keluar dengan perlahan.

Gunung berapi jenis ini banyak terdapat di Kepulauan Hawaii. Menurut Survei Geologi AS, salah satu gunung berapi terbesar di dunia yakni Mauna Loa di Hawaii.

Pada Minggu, 27 November 2022, untuk pertama kali setelah 38 tahun, gunung berapi Mauna Loa meletus dan mengeluarkan lava pijarnya yang mengalir ke daratan.

Gunung Mauna Loa berada di sekitar 17.000 meter dari dasarnya di bawah laut hingga puncaknya, yakni 4.170 meter di atas permukaan laut.

Gunung berapi tersebut adalah salah satu gunung api paling aktif di Bumi dan terus dipantau secara hati-hati. 

Selain ketiga tipe gunung berapi tersebut, ada juga beberapa jenis gunung berapi lainnya.

Baca juga: Gunung Kilauea, Gunung Berapi Paling Aktif yang Meletus Setiap Tahun

Di antaranya seperti gunung berapi simetris seperti Gunung Fuji di Jepang dan Gunung Kilimanjaro di Tanzania.

Jenis gunung berapi lainnya juga jenis maar atau kerucut tuff yang merupakan kawah dangkal berlantai datar yang menurut ilmuwan terbentuk sebagai hasil dari ekspansi hebat gas atau uap magmatik, menurut Survei Geologi AS.

Ada juga gunung api kaldera. Kaldera adalah cekungan berbentuk mangkuk yang terbentuk ketika gunung berapi runtuh ke dalam kehampaan yang tersisa saat ruang magmanya dikosongkan.

Gunung berapi kaldera ini ada beberapa jenis, di antaranya kaldera danau kawah, kaldera basaltik.

Serta, ada pula jenis gunung berapi volcanic plugs, dan lava plateus atau dataran tinggi lava yang termasuk dalam gunung berapi perisai yang dapat meletus di sepanjang garis celah kerak bumi.

Baca juga: NASA Abadikan Letusan Gunung Berapi Bawah Laut Aktif di Samudra Pasifik, Seperti Apa?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com