Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Bunga Bangkai Berbau Busuk? Sains Jelaskan

Kompas.com - 25/11/2022, 19:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu ciri unik bunga bangkai, tanaman asli Indonesia adalah baunya. Lantas, kenapa bunga bangkai bisa berbau busuk?

Bunga bangkai adalah flora endemik Sumatra yang tumbuh di kawasan hutan hujan di pulau ini.

Banyak orang yang masih menganggap bahwa bunga bangkai dan bunga Rafflesia arnoldi adalah dua spesies tumbuhan yang sama, padahal keduanya sangat berbeda.

Perbedaan bunga bangkai dan Raflesia arnoldi jelas tampak pada jenis spesies, serta bentuk anatomi kedua bunga tersebut. Namun, persamaan bunga bangkai dan Rafflesia arnoldi adalah sama-sama memiliki bau busuk.

Kenapa bunga bangkai berbau busuk?

Dikutip dari Live Science, Jumat (25/11/2022), ada alasan menarik bagaimana tanaman bisa memiliki bau yang sangat kuat.

Baca juga: Mengenal Bunga Bangkai, Habitat Penyebaran hingga Ciri Bentuknya

Menurut Tim Pollak, ahli bunga luar ruangan di Chicago Botanic Garden, suhu, warna bunga hingga bau busuk bunga bangkai ini adalah cara bunga menarik perhatian serangga penyerbuk dan membantu memastikan kelanjutan spesies.

Artinya, keberadaan bunga bangkai memiliki peran penting dalam sebuah ekosistem.

Fungsi warna dan bau busuk bunga bangkai

Ada berbagai jenis serangga penyerbuk yang berperan penting dalam penyerbukan dan menjaga keseimbangan ekosistem. Serangga penyerbuk tak hanya kupu-kupu dan kumbang.

Pollak menjelaskan bahwa kumbang kotoran, lalat daging dan serangga karnivora lainnya adalah serangga penyerbuk utama untuk hampir semua jenis bunga bangkai. Serangga-serangga tersebut biasanya akan memakan daging dari hewan-hewan yang mati.

Bau dan warna burgundy gelap pada bunga bangkai bertujuan meniru tekstur binatang mati untuk menarik serangga-serangga ini.

Baca juga: Apa Bedanya Bunga Bangkai dan Rafflesia Arnoldii?

Bunga Rafflesia arnoldi salah satu Puspa Langka Indonesia. Bunga Rafflesia tidak sama atau berbeda dengan bunga bangkai yang tumbuh di Indonesia. Rafflesia arnoldi R.Br adalah spesies bunga parasit endemik Sumatera dan hutan Kalimantan.Shutterstock/Bpk Maizal Bunga Rafflesia arnoldi salah satu Puspa Langka Indonesia. Bunga Rafflesia tidak sama atau berbeda dengan bunga bangkai yang tumbuh di Indonesia. Rafflesia arnoldi R.Br adalah spesies bunga parasit endemik Sumatera dan hutan Kalimantan.

"Bunga bangkai juga mampu menghangat hingga suhu 36,7 Celsius untuk lebih mengelabui serangga," kata Pollak.

Dengan menyesuaikan suhu, maka serangga akan mengira bunga bangkai ini sebagai makanan mereka.

Serangga-serangga pemakan bangkai ini pun akan berterbangan dan masuk ke dalam bagian bunga dan tidak menyadari tidak akan ada makanan yang bisa dimakan di dalam bunga tersebut.

Namun, saat serangga ini hingga di bunga bangkai, mereka akan membawa serta serbuk sari dari kaki mereka.

Baca juga: Bunga Bangkai Tanaman Asli Indonesia, Berasal dari Manakah?

Proses ini pun memastikan penyerbukan spesies berkelanjutan, sehingga setelah bunga mekar dan penyerbukan selsai, bunga akan gugur.

Bau busuk bunga bangkai, analisis Pollak yang ditulis di Chicago Botanic Garden, menunjukkan bau busuk secara kimia ini terdiri dari senyawa-senyawa berikut.

  1. dimethyl trisulfide: Bau yang dikeluarkan bawang yang dimasak dan keju limburger.
  2. dimethyl disulfide: bau seperti bawang putih.
  3. trimetilamina: bau yang ditemukan pada ikan busuk atau amonia.
  4. asam isovalerat: bau kaus kaki saat berkeringat.
  5. benzil alkohol: aroma bunga manis yang ditemukan pada melati dan eceng gondok.
  6. fenol: bau manis dan obat, seperti dalam semprotan tenggorokan Chloraseptic.
  7. indole: bau seperti kapur barus).

Baca juga: Sejarah Bunga Bangkai, Tanaman Endemik Sumatera Asli Indonesia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com