National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mengklasifikasikan, badai Matahari yang baru terjadi itu sebagai G2 moderate atau sedang.
Menurut klasifikasi yang ditetapkan NOAA, badai Matahari kelas G1 adalah skala terendah sedangkan G5 merupakan badai yang kuat.
"Badai G2 dapat memengaruhi sistem tenaga lintang tinggi dan dapat memengaruhi prediksi orbit pesawat ruang angkasa," kata Space Weather.
Baca juga: Bagaimana Badai Matahari Bisa Menghancurkan Satelit Starlink? Ini Penjelasan Pakar
Peristiwa badai Matahari memang banyak terjadi di sepanjang tahun ini. sebab, Matahari sekarang berada dalam fase aktif dari siklus matahari 11 tahun.
Dilansir dari Live Science, Senin (8/8/2022) menurut Australian Academy of Science setiap 11 tahun, kutub magnet matahari akan terbalik lalu menyebabkan kutub selatan menjadi kutub utara dan sebaliknya.
Layanan Peringatan Cuaca Luar Angkasa menginformasikan badai yang tidak terduga dapat berdampak pada aurora kuat yang terlihat sejauh selatan Pennsylvania.
Sementara ini, badai Matahari terburuk yang pernah didokumentasikan terjadi pada tahun 1859 dan dikenal sebagai Peristiwa Carrington. Selama badai bersejarah itu, aurora borealis terlihat sejauh selatan Hawaii.
Baca juga: Tidak Hanya Kiamat Internet, Ini 4 Dampak Badai Matahari Ekstrem
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.