Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancam Masa Depan Bangsa, Stunting adalah Masalah Kita Bersama

Kompas.com - 27/07/2022, 14:00 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stunting masih menjadi masalah penting yang harus segera diatasi. Pasalnya, stunting atau kondisi gagal tumbuh yang diakibatkan oleh infeksi berulang dan kurangnya stimulasi psikososial pada 1.000 hari pertama umur anak, bisa menimbulkan gangguan fungsi tubuh yang permanen hingga anak dewasa.

Namun, upaya mengatasi stunting membutuhkan kesadaran dan kerjasama dari seluruh pihak, termasuk masyarakat.

Pasalnya, selain merugikan anak itu sendiri, stunting juga merupakan masalah bersama yang mengancam masa depan bangsa dan bisa menimbulkan kerugian ekonomi. Berikut paparannya:

1. Stunting mengancam masa depan bangsa

Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban stunting yang tinggi yakni 24,4 persen.

Baca juga: Cegah Anak Stunting sejak Sebelum Kehamilan dengan 6 Syarat Ini

Kondisi ini menjadi tantangan bangsa Indonesia dalam upaya mencapai Indonesia Emas 2045 karena stunting bukan hanya berdampak pada tinggi badan, melainkan pada tingkat kecerdasan dan daya saing generasi penerus bangsa di masa depan.

Untuk itu, pemerintah telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Bahkan pada tahun 2021 Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Presiden No 72 tentang Percepatan Penurunan Stunting dengan target penurunan prevalensi yang signifikan menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (ADPIN), BKKBN, Drs Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd yang mewakili Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (H.C) dr. Wasto Hardoyo, Sp.OG(K).

Teguh mengatakan, pencegahan stunting masih menjadi perhatian serius oleh pemerintah agar upaya untuk mempersiapkan Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045 tidak terhambat.

“Kami memiliki optimisme yang besar bahwa target penurunan stunting dapat tercapai bila dilakukan secara penta heliks, dengan melibatkan juga pihak swasta, perguruan tinggi, masyarakat dan media,” ujarnya.

Baca juga: 7 Provinsi Catat Angka Stunting Tertinggi Se-Indonesia, Ini Strategi Kemenkes untuk Mengatasinya

2. Stunting bisa menimbulkan kerugian ekonomi

Permasalahan stunting juga bisa berdampak panjang bukan hanya pada kesehatan, tapi produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Akibatnya, dalam jangka panjang, stunting bisa menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun, atau sekitar lebih dari Rp 500 triliun rupiah per tahun, dengan asumsi PDB Indonesia tahun 2021 sebesar Rp 16.970 triliun.

Hal tersebut bisa terjadi karena anak yang mengalami kondisi stunting berpeluang mendapatkan penghasilan 20 persen lebih rendah dibandingkan anak yang tidak mengalami stunting ketika dewasa nanti.

3. Stunting berdampak pada kondisi anak

Seperti yang telah dijelaskan di atas, stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak karena malnutrisi kronis atau infeksi kronis, serta stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Hal ini akhrinya memberikan dampak bagi anak, baik dalam aspek kesehatan maupun aspek psikologisnya.

Baca juga: Target 14 Persen di 2024, BKKBN Ungkap 5 Pilar Percepatan Penurunan Stunting

Anak stunting bisa mengalami gangguan gizi, yang bisa berpengaruh terhadap perkembangan otak, fisik dan organ-organ metaboliknya, yang dapat berkembang tidak optimal.

Stunting juga menyebabkan perkembangan otak anak tidak optimal, yang bisa memengaruhi kemampuan kognitif anak dan pertumbuhan badan menjadi cenderung pendek.

Anak dengan stunting juga berisiko mengalami hipertensi, obesitas, sakit jantung dan lain sebagainya.

Secara psikologis, anak yang stunting juga bisa mengalami masalah emosi, kemampuan bersosialisasi yang rendah, masalah motorik dan lain sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com