Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tuberkulosis Jadi Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia, Menkes Jabarkan Upaya Penanganannya

Kompas.com - 01/07/2022, 17:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, tuberkulosis atau TBC menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia.

Adapun jumlah kasus TBC saat ini mencapai sekitar 824.000, dengan angka kematian 93.000 orang.

"Sejak adanya Covid memang agak ketinggalan. Kita (akan) melakukan langkah-langkah untuk menurunkan tingkat penularan dan juga hospitalisasi, dan kematian karena TBC," ujarnya kepada wartawan di gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Rabu (29/6/2022).

Meski demikian, dia menyebut selama pandemi Covid-19 pemerintah telah membangun infrastruktur kesehatan yang dinilai baik.

Baca juga: Dokter Ingatkan Masyarakat untuk Waspadai TBC Laten yang Tak Bergejala

Sehingga, strategi penanganan Covid-19 yang pada dasarnya merupakan penyakit menular dapat diterapkan pula pada tuberkulosis.

"Karena TBC sama Covid sama menyerang saluran pernapasan. Kita juga jadi lebih sistematis, kita tahu bahwa penyakit menular misalnya TBC, HIV, malaria, Covid, hepatitis C, hepatitis B disebakan oleh virus atau bakteri, disebabkan oleh patogen," terang Budi.

"Untuk penanganan penyakit menular tersebut, sama strateginya. Pertama menjaga protokol kesehatan karena penularannya berbeda-beda," sambungnya.

Misalnya saja jalur penularan hepatitis B dapat terjadi dari ibu kepada bayinya. Artinya, protokol kesehatan (prokes) yang harus diterapkan adalah menjaga agar ibu tidak terkena hepatitis B, yang berpotensi menular ke anaknya.

"Kalau misalnya HIV bisa suntikan, bisa hubungan seksual. Kalau hepatitis C dari suntikan, jadi prokesnya suntikannya disterilisasi dulu. Itu strategi nomor satu untuk prokes supaya enggak menular. Untuk penyakit tidak menular strategi kedua adalah surveilans," imbuhnya.

Strategi penanganan TBC

Menkes Budi mengaku bahwa pihaknya tengah menyiapkan strategi penanganan TBC di Indonesia.

Kemenkes, kata dia, akan mulai memperbaiki surveilans penyakit tuberkulosis berdasarkan nama dan alamat atau by name by address pasien.

Selain itu, pemeriksaan TBC juga akan diperbaiki dengan tes mantoux, rontgen, dan tes cepat molekuler (TCM). Setelahnya, pasien akan dicatat by name by address lantaran data terkait TBC saat ini tidak memilikinya.

"Kemudian bagaimana tracing-nya. Kalau TBC kan biasanya sekeluarga, kalau satu kena TBC harusnya sekeluarga kita tes dan kalau kena diisolasi dan dikasih obat. Kita kan obatnya masih paxlovid katanya paling ampuh, obatnya udah ada TBC itu," ujar Budi.

Tak hanya itu, vaksinasi TBC terbaru juga tengah diupayakan oleh Kemenkes. Indonesia, lanjut dia, akan mengajukan diri sebagai salah satu pusat uji klinis tahap 3 bagi vaksin TBC yang sedang dikembangkan.

"Vaksinasi TBC memang zaman dulu banget, efikasinya rendah. Tapi sekarang ada satu perusahaan GlaxoSmithKline udah masuk uji klinis tahap 2. Sekarang lagi dilanjutkan uji klinis tahap 3 dan Indonesia mau ikut sebagai salah satu center untuk melakukan uji klinis tahap 3 untuk vaksin TBC yang baru," paparnya.

Baca juga: Tuberkulosis atau TBC: Penyebab, Gejala, dan Cara Penularan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com