Sejumlah peneliti yang tak berafiliasi dengan penelitian ini mengaku senang dengan temuan tersebut.
"Ini adalah penemuan yang menarik. Tak ada cara untuk mengetahui apakah patogen atau penyakit bertanggung jawab atas kematian massal itu," ungkap Roland Knapp, ahli biologi di Institut Ilmu Kelautan Univeristas California Santa Barbara.
"Tetapi, pemikiran soal katak bisa jatuh ke lubang dan tak dapat memanjat keluar tampaknya masuk akal sebagai 'tebakan terbaik'," lanjutnya.
Sedangkan Jamie Voyles, profesor biologi di University of Nevada Reno, mengungkapkan bahwa temuan merupakan hal yang menarik.
"Bahkan di zaman sekarang, sangat sulit untuk menentukan penyebab kejadian kematian massal. Saya akan mengatakan bahwa penyakit menular adalah salah satu kemungkinan yang dapat dipertimbangkan dan diselidiki lagi," paparnya.
Sayangnya, juru bicara Museum Arkeologi London mengungkapkan tak ada rencana untuk melakukan analisis DNA katak tersebut.
Baca juga: Apa Perbedaan Katak dan Kodok?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.