Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temuan Lubang Berisi Ribuan Tulang Katak Bikin Peneliti Bingung, Kenapa?

Kompas.com - 22/06/2022, 08:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah lubang yang berisi 8.000 tulang katak dan kodok yang berasal dari setidaknya 2.000 tahun yang lalu telah membuat para arkeolog Inggris kebingungan.

Bagaimana amfibi sebanyak itu bisa berkumpul dalam satu tempat, apakah terbunuh karena penyakit atau ada penyebab lainnya?

"Ini adalah penemuan yang membingungkan dan terduga. Kami masih mencoba memahami sepenuhnya," kata Vicki Ewens, arkeozoolog senior di Museum of London Archaeology, dalam sebuah pernyataan.

Baca juga: Peneliti Temukan Spesies Katak Misterius yang Memiliki Gigi di Rahang Bawah

 

"Akumulasi sisa-sisa katak ini mungkin sebabkan oleh beberapa faktor yang kemungkinan terjadi dalam jangka waktu yang lama," tambahnya.

Dikutip dari Live Science, Selasa (21/6/2022), tim peneliti menemukan tulang-tulang itu di permukiman kuno di Bar Hill di Cambridgeshire, Inggris, yang digunakan antara sekitar 400 SM hingga 70 M.

Tulang-tulang itu setidaknya berasal dari 350 individu katak dan kodok. Sementara lubang tempat tulang-tulang itu ditemukan, terletak di sebelah rumah bundar--rumah dengan tata letak melingkar. Tak ada bukti bahwa katak dan kodok dimakan oleh manusia atau hewan lain.

Para peneliti sendiri memiliki beberapa ide untuk menjelaskan bagaimana sisa-sisa kerangka itu bisa masuk ke lubang.

Salah satu kemungkinan adalah bahwa selama musim kawin mereka di musim semi, sejumlah besar katak dan kodok bergerak secara massal mencari air untuk kawin. Salah satunya adalah lubang yang akhirnya membuat mereka terjebak hingga mati.

Kemungkinan lain adalah ada virus menular menginfeksi dan membunuh amfibi itu dalam waktu yang hampir bersama.

Skenario serupa sebenarnya pernah terjadi sebelumnya pada 1980-an ketika banyak katak di Inggris terinfeksi Renavirus. Di samping itu, amfibi juga bisa mati selama musim dingin yang ekstrem.

Sementara itu, kemungkinan lain adalah kumbang dan kutu daun (kelompok serangga pengisap getah) yang berkerumun untuk mendapatkan biji-bijian dari rumah bundar telah menarik perhatian katak untuk datang memakan mereka.

Tetapi, karena tak bisa memanjat kembali, katak pun akhirnya mati di dalam lubang.

Baca juga: Bullfrog Amerika, Katak Besar Pemangsa Ular

 

Sejumlah peneliti yang tak berafiliasi dengan penelitian ini mengaku senang dengan temuan tersebut.

"Ini adalah penemuan yang menarik. Tak ada cara untuk mengetahui apakah patogen atau penyakit bertanggung jawab atas kematian massal itu," ungkap Roland Knapp, ahli biologi di Institut Ilmu Kelautan Univeristas California Santa Barbara.

"Tetapi, pemikiran soal katak bisa jatuh ke lubang dan tak dapat memanjat keluar tampaknya masuk akal sebagai 'tebakan terbaik'," lanjutnya.

Sedangkan Jamie Voyles, profesor biologi di University of Nevada Reno, mengungkapkan bahwa temuan merupakan hal yang menarik.

"Bahkan di zaman sekarang, sangat sulit untuk menentukan penyebab kejadian kematian massal. Saya akan mengatakan bahwa penyakit menular adalah salah satu kemungkinan yang dapat dipertimbangkan dan diselidiki lagi," paparnya.

Sayangnya, juru bicara Museum Arkeologi London mengungkapkan tak ada rencana untuk melakukan analisis DNA katak tersebut.

Baca juga: Apa Perbedaan Katak dan Kodok?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com