Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa M 5,8 Mamuju, Begini Analisis Kondisi Geologi dari PVMBG

Kompas.com - 09/06/2022, 08:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa bumi tektonik bermagnitudo M 5,8 mengguncang wilayah pantai Barat Mamuju, Sulawesi Barat pada pukul 12.32 WIB, Rabu (8/6/2022).

Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), episenter gempa bumi ini terletak pada koordinat 2,77° LS ; 118,56° BT.

Lokasi tepatnya berada di laut pada jarak 26 kilometer arah Barat Tapalang Barat, Mamuju, Sulawesi Barat pada kedalaman 10 kilometer.

Baca juga: Gempa M 5,8 Guncang Mamuju Terasa hingga Palopo, Ahli Ungkap Penyebabnya

Sumber gempa bumi Mamuju, 8 Juni 2022

Berdasarkan hasil analisis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber gempa bumi tersebut adalah aktivitas sesar aktif.

Hal ini didapatkan dari analisis lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari BMKG dan GeoForschungsZentrum (GFZ) Jerman, yang mengerucut pada keterangan bahwa kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas sesar aktif, mekanisme sesar mendatar dengan komponen naik.

Sementara itu, menurut data Badan Geologi daerah Sulawesi Barat secara umum didominasi oleh struktur geologi berupa jalur lipatan dan sesar naik (fold thrust belt) berarah relatif utara-selatan.

Sesar naik ini tergolong sudut landai dan blok bagian timur relatif bergerak naik terhadap blok bagian barat bidang sesar.

Nah, jalur sesar naik ini berasosiasi dengan lipatan yang banyak terdapat di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat.

“Jalur sesar naik ini diperkirakan menerus ke arah darat,” tulis PVMBG dalam keterangan resminya, Rabu (8/6/2022).

Baca juga: Hiposentrum dan Episentrum Gempa, Ini Perbedaannya

Kondisi geologi gempa Mamuju, 8 Juni 2022

PVMBG juga menjelaskan, bahwa wilayah yang terletak dekat dengan lokasi pusat gempa tersebut adalah Kabupaten Mamuju dan sekitarnya Provinsi Sulawesi Barat.

Wilayah ini pada umumnya merupakan morfologi perbukitan hingga perbukitan terjal, lembah dan dataran pantai yang tersusun oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier.

Batuan berumur Pra Tersier terdiri dari batuan metamorf dan meta sedimen, sedangkan untuk batuan berumur Tersier terdiri dari batuan sedimen, batu gamping, dan gunung api.

Sebagian batuan berumur Pra Tersier dan Tersier tersebut telah mengalami pelapukan.

Tidak hanya batuan Pra Tersier dan Tersier, ternyata dataran pantai di sana juga tersusun dari Endapan Kuarter yang terdiri dari endapan pantai dan aluvial.

Dijelaskan bahwa Endapan Kuarter dan batuan berumur Pra Tersier beserta Tersier yang telah mengalami pelapukan tersebut urai, lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated), dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan guncangan gempa bumi.

Selain itu, secara morfologinya, perbukitan yang tertutup oleh batuan berumur Pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan ini akan berpotensi terjadi gerakan tanah atau longsor, terlebih saat dipicu oleh guncangan gempa bumi yang kuat di daerah tersebut.

Contohnya adalah kejadian gempa bumi merusak tanggal 15 Januari 2021, yang saat itu memicu terjadinya gerakan tanah tipe jatuhan batu yang menutup jalan trans Sulawesi dengan material bongkahan batu gamping.

 Baca juga: Mengenang 16 Tahun Gempa Yogyakarta yang Tewaskan Ribuan Jiwa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com