Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Ekowisata di Wakatobi Manfaatkan Sampah Plastik untuk Paving Block Rumah, Seperti Apa?

Kompas.com - 24/04/2022, 15:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Khusus di Desa Kulati, ecobrick dijadikan oleh para anggota kelompok ekowisata menjadi instalasi yang bernilai seni. Hal ini yang mereka ajarkan kepada anak-anak sejak dini. 

"Kegiatan pirolisis adalah bagian dari adanya sampah-sampah yang tidak bisa diolah seperti botol mineral. Itu yang kemudian kita coba buat ecobrick. Tetapi yang kita coba libatkan anak-anak untuk sampah ini, setelah itu dimodifikasi sesuai dengan keinginan mereka," imbuhnya.

Adapun sampah yang diperoleh oleh Nyong dan timnya berasal dari kolektif warga sekitar.

Apabila ada sampah rumah tangga yang dihasilkan, warga akan memisahkannya dari jenis sampah organik lalu mengirimkannya ke pusat pengelolaan sampah.

Sementara itu, pemanfaatan sampah menjadi ecobrick itu dimulai sejak tahun 2018 yang bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN).

Baca juga: Mengapa Banyak Orang Buang Sampah Plastik Sembarangan? Ilmu Sosial Jelaskan

Para anggota yang tergabung dalam kelompoknya pun diberikan pelatihan, terkait dengan upaya pengelolaan maupun pemanfaatan sampah plastik berkelanjutan.

"Bahan yang dibutuhkan (untuk ecobrick) botol air mineral, diisi oleh sampah yang tidak bisa didaur pada metode pirolisis seperti kemasan makanan yang mengandung alumunium," ungkap Nyong.

Di sisi lain, sampah plastik telah diketahui merupakan isu lingkungan yang masih menjadi tantangan utama terkait pengelolaannya secara global.

Di Indonesia, menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2020 total produksi sampah nasional mencapai 67,8 juta ton.

Pengelolaan sampah plastik yang tengah dilakukan di Desa Kulati, Kabupaten Wakatobi ini juga disebut dapat mengurangi tumpukan sampah di lingkungan sekitar. Terlebih, Wakatobi dikenal sebagai tempat wisata dengan keindahan alamnya.

Hal itu disampaikan oleh Kepala Desa Kulati, La Ode Burhanuddin. Menurut dia, upaya pengelolaan sampah yang telah dilakukan oleh masyarakat, dengan dukungan dari berbagai pihak menunjukkan penurunan volume sampah hingga 30 persen di desanya.

"Untuk penurunan (volume sampah) lumayan, karena setiap jenis sampah yang bisa digunakan untuk diolah langsung dipisahkan. Kita tidak berbicara nilai ekonomi, tetapi bagaimana cara mengurangi sampah," paparnya.

Baca juga: Sampah Plastik di Laut Bikin Kelomang Tak Bisa Kenali Makanannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com