Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Yogyakarta Diterpa Hujan Es | Kerajaan 4 Spesies King Cobra | Dampak Letusan Gunung Tonga Serupa Badai Matahari

Kompas.com - 29/03/2022, 07:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Fenomena hujan es melanda wilayah Yogyakarta, menjadi salah satu berita populer Sains sepanjang Senin (28/3/2022).

Cuaca ekstrem di Yogyakarta ini tak hanya menyebabkan hujan es, tetapi ihuja hujan angin kencang di sejumlah wilayah di Sleman.

BMKG menjelaskan fenomena hujan es di Yogyakarta terjadi akibat aliran massa udara yang meningkat.

Selain berita tersebut, informasi menarik lainnya dari laporan ilmuwan yang menemukan kerajaan empat spesies ular King Cobra. Menariknya, salah satu spesies ular kobra dari kerajaan King Cobra itu ada di Indonesia.

Letusan gunung berapi bawah laut di Tonga pada awal tahun 2022, masih terus menarik minat peneliti. Menurut studi baru, letusan Gunung Berapi Tonga telah mengirimkan gelombang ke atmosfer hingga sejauh 300 km di atas permukaan Bumi.

Studi kembali mengungkapkan subvarian Omicron BA.2 berisiko menyebabkan infeksi Covid-19 para pada anak.

Subvarian Omicron siluman ini, berdasarkan studi pra-cetak yang dilakukan peneliti di Hong Kong mencatat, pada Februari 2022, tercatat 1.147 anak dirawat di rumah sakit, empat anak di antaranya meninggal dunia.

Beberapa rangkuman berita populer Sains sepanjang Senin (28/3/2022) hingga Selasa (29/3/2022) dapat di simak berikut ini.

Yogyakarta diterpa hujan es dan hujan angin

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Romadi mengatakan kondisi fenomena hujan es yang terjadi di wilayah ini diakibatkan oleh aliran massa udara yang meningkat.

Kondisi ini pun menyebabkan daerah konvergensi di sepanjang perairan sebelah barat Sumatera hingga Jawa bagian barat meningkatkan aliran massa udara ke wilayah Jawa, termasuk Yogyakarta.

Menjelaskan kondisi cuaca dan hujan es di Yogyakarta hari ini, Romadi menambahkan, kelembapan udara yang relatif tinggi pada lapisan 850-500 mb, berkisar antara 70-90 persen. Hal ini mendukung terbentuknya awan cumulonimbus (CB) di wilayah DI Yogyakarta.

Fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan.

Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis CB yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut.

Berita populer Sains tentang penjelasan cuaca ekstrem yang melanda Yogyakarta dan menyebabkan sejumlah wilayah di provinsi ini mengalami fenomena hujan es, selengkapnya dapat disimak di sini.

Baca juga: Hari Ini Yogyakarta Diterpa Hujan Es dan Hujan Angin, BMKG Jelaskan Penyebabnya

Kerajaan 4 spesies King Cobra di Asia

Sekelompok tim ilmuwan mengklaim temuan kerajaan king cobra (Ophiophagus hannah), di berbagai wilayah tropis di Asia. Kerajaan king cobra tersebut membentang dari Indonesia hingga India.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa lingkungan kerajaan king cobra tidak hanya dikuasai oleh satu spesies ular ini saja, melainkan terdapat beberapa spesies ular cobra yang berbeda.

Temuan ini diungkapkan dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution pada September 2021 lalu.

Ular berbisa dengan tudung di kepala dengan ukuran panjang hampir 4 meter ini, diketahui memiliki empat garis keturunan yang berbeda.

Spesies king cobra yang belum diberikan nama resmi itu antara lain adalah:

  • Garis keturunan Ghats Barat di India Barat Daya
  • Garis keturunan Indo-China di Indonesia dan Cina Barat
  • Garis keturunan Indo-Melayu yang mencakup India dan Malaysia
  • Garis keturunan Pulau Luzon yang ditemukan di Filipina

Ular king cobra yang ditemukan di berbagai wilayah ini memiliki sejumlah perbedaan fisik.

Misalnya pada spesies ular cobra dewasa yang hidup di Thailand memiliki sekitar 70 pola berbentuk cincin berwarna putih terang di tubuhnya, sedangkan ular king cobra di Filipina hanya memiliki beberapa pola cincin yang kusam.

Selengkapnya berita populer Sains tentang temuan studi adanya 4 spesies king cobra di Asia dapat dibaca di sini.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Kerajaan 4 Spesies King Cobra di Wilayah Asia, Salah Satunya Indonesia

Dampak letusan Gunung Berapi Tonga setara badai Matahari

Para ilmuwan menyebut bahwa letusan Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apai di Tonga itu menyebabkan gangguan yang serupa dengan dampak dari badai matahari yang parah.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Astronomy and Space Sciences, tim ilmuwan telah menganalisis data rekaman milik 5.000 sistem satelit navigasi yang tersebar di seluruh dunia.

Tim ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, mengamati adanya gelombang atmosfer yang dihasilkan letusan gunung di Tonga, serta jejaknya di lapisan ionosfer bumi.

Kondisi itu disebabkan sinar matahari yang panas membuat gas di dalam ionosfer kehilangan elektron, kemudian berubah menjadi partikel bermuatan listrik sebagai reaksi ionisasi.

Gelombang tersebut diketahui masih aktif selama empat hari setelah letusan gunung berapi bawah laut Tonga, dan mengelilingi seluruh wilayah di dunia hingga tiga kali.

Sementara itu, para ilmuwan di Amerika Serikat menuturkan gangguan gelombang di lapisan ionosfer melewati negara itu sebanyak enam kali, dari arah barat menuju timur dan sebaliknya.

Lebih lengkap tentang temuan studi terkait dampak letusan Gunung Berapi Tonga tersebut dapat dibaca di sini.

Baca juga: Ahli Sebut Letusan Gunung Berapi Tonga Sebabkan Dampak Serupa seperti Badai Matahari

Infeksi parah pada anak karena subvarian Omicron BA.2

Subvarian Omicron BA.2 disebut berisiko meningkatkan penyakit lebih parah pada anak-anak.

Hal itu diungkapkan studi pra-cetak di Hong Kong yang menemukan Omicron Siluman ini diduga lebih berbahaya jika menginfeksi anak, daripada varian virus corona lainnya ataupun influenza.

Studi yang dilakukan tim dari University of Hong Kong tersebut, membandingkan data milik pasien anak yang dirawat di rumah sakit akibat infeksi varian sebelumnya, dengan subvarian BA.2.

Para peneliti memakai data dari periode Januari 2020 hingga November 2021.

Pada Februari 2022, yakni puncak gelombang Omicron Hong Kong tercatat sebagian besar infeksi disebabkan oleh subvarian BA.2, di mana sebanyak 1.147 anak dirawat di rumah sakit, dan empat di antaranya meninggal dunia.

Anak-anak yang meninggal dunia berusia 11 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 9 tahun.

Studi ini menyebutkan, anak berusia 9 tahun yang meninggal diketahui mengalami distrofi atau kelelahan otot.

Berita populer Sains tentang infeksi parah pada anak akibat subvarian Omicron BA.2 tersebut dapat dibaca selengkapnya di sini.

Baca juga: Subvarian Omicron BA.2 Berisiko Sebabkan Infeksi Lebih Parah pada Anak, Studi Jelaskan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com