Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Pasir Global Naik 45 Persen di Tahun 2060, Berpotensi Rusak Lingkungan

Kompas.com - 28/03/2022, 10:01 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasir menjadi salah satu bahan utama dalam pembuatan bangunan. Keberadaanya pun terus dicari seiring dengan pesatnya pembangunan di berbagai wilayah, terutama di Afrika dan Asia.

Sebuah studi yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Leiden di Belanda baru-baru ini menemukan, permintaan pasir bahkan terus naik dan diperkirakan jumlahnya akan terus meroket hingga 45 persen dalam 40 tahun kedepan.

Penggunaan pasir yang tak terkendali ini, berisiko merusak lingkungan dan menimbulkan maraknya penambangan pasir ilegal yang salah satu dampaknya adalah menghilangnya lusinan pulau di Indonesia.

Baca juga: Greenland Bisa Jadi Tambang Pasir Baru kalau Es Terus Mencair

Mengutip New Scientist, Sabtu (26/3/2022) Xiaoyang Zhong dari Universitas Leiden di Belanda bersama rekan-rekannya menghitung, bahwa permintaan pasir bangunan global akan melonjak dari 3,2 miliar ton per tahun pada tahun 2020 menjadi 4,6 miliar ton pada tahun 2060 yang didominasi dari wilayah Afrika dan Asia.

Peneliti menghitung angka tersebut berdasarkan pada skenario utama kenaikan populasi di masa depan dan pertumbuhan ekonomi yang dimodelkan dengan menggunakan perkiraan konsumsi beton dan kaca serta luas lantai yang diperlukan di gedung-gedung.

Namun tak ada angka perkiraan berapa cadangan pasir yang tersisa, sehingga tak jelas apakah dunia mampu mengakomodasi peningkatan sebesar perhitungan peneliti.

"Pasir dan krisis pasir telah diabaikan, menciptakan konsekuensi lingkungan dan sosial yang parah. Jika tak bertindak sekarang kita mungkin tak akan memiliki cukup pasir lagi," kata Zhong.

Tetapi tim peneliti mengungkapkan bahwa sekitar setengah dari konsumsi pasir yang diproyeksikan pada tahun 2060 dapat dihindar bila negara-negara menerapkan serangkaian tindakan.

Seperti misalnya memperpanjang umur bangunan, menggunakan kembali beton, menciptakan desain bangunan yang lebih ringan, dan menggunakan bahan bangunan alternatif.

Baca juga: Pasir Pantai Tak Hanya Putih tapi Ada Pink, Hijau dan Hitam, Apa Penyebabnya?

Pengurangan penggunaan pasir juga bisa berasal dari pembuatan ruang yang lebih efisien, mengalokasikan lebih sedikit ruang lantai per orang di gedung, kantor, dan sebagainya.

"Sulit untuk mengatakan seberapa realistis langkah-langkah ini. Tapi kami ingin upaya tersebut terjadi," ungkap Zhong.

Lebih lanjut, masih ada kekurangan dalam studi, karena penelitian hanya melihat pasir yang digunakan untuk kaca dan beton pada bangunan, sehingga merupakan perkiraan yang terlalu rendah dari totoal permintaan di masa depan.

Data terperinci tentang konsumsi pasir untuk 26 wilayah dunia yang dipelajari juga kurang dan tak cukup detil untuk perincian tingkat negara.

Meski begitu, temuan dapat memberikan gambaran bahwa pemanfaatan pasir tanpa adanya tindakan lebih lanjut akan memperburuk lingkungan serta berkurangnya sumber daya untuk pembangunan.

Studi dipublikasikan di Nature Sustainability.

Baca juga: Misteri Kawah Gerbang Neraka di Kawasan Padang Pasir Turkmenistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com