Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Stunting pada Anak di Indonesia Masih Tinggi, Dokter Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini

Kompas.com - 24/02/2022, 17:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak Indonesia. Pasalnya, prevalensi atau angka kejadian stunting di Indonesia menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 masih berada di kisaran 24,4 persen.

Angka ini tentunya melebihi ketentuan yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu di bawah 20 persen.

Artinya, upaya pencegahan stunting tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi para orangtua juga perlu untuk mengetahui risiko stunting pada anak.

Baca juga: Mencegah Stunting Tidak Tunggu Anak Lahir, bahkan Bisa Dilakukan Sebelum Menikah

Stunting merupakan satu kondisi di mana pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu, yang disebabkan karena kurangnya gizi maupun infeksi kronis pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi Anak, Prof dr Madarina Julia, MPH., Ph.D, Sp.A (K), menjelaskan bahwa stunting erat kaitannya dengan asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

"Anak stunting tentu mempunyai riwayat gizi dan riwayat kesehatan yang kurang baik. Selain itu, anak stunting juga sangat mungkin mengalami gangguan perkembangan," ungkap Madarina dalam webinar Pentingnya Pemantauan Tumbuh Kembang Terhadap Penegakkan Deteksi Dini Stunting pada Anak Indonesia, Kamis (24/2/2022).

Sehingga, penting bagi orangtua untuk mendeteksi dini permasalahan stunting pada anak, dengan memantau tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, serta dinilai perkembangannya.

"Kita harus memantau pertumbuhan anak, apakah anak kita tumbuh dengan baik dilihat dari tinggi badannya, apakah anak terlalu kurus atau terlalu gemuk. Apakah dia berkembang sesuai dengan usianya," kata Madarina.

Lebih lanjut, dia berkata kecurigaan stunting pada anak dapat dilihat dari kondisi tubuhnya. Misalnya, apabila anak kurus, pendek, dan terjadi gangguan perkembangan kemungkinan besar dia mengalami stunting.

Sebaliknya, jika anak pendek, tidak kurus, dan tanpa gangguan perkembangan maka dia tidak mengalami stunting.

Baca juga: Cegah Stunting pada Anak, Ini Pentingnya Pemenuhan Nutrisi bagi Ibu Hamil

 

Prof Madarina juga menekankan pentingnya mengukur perkembangan anak, untuk deteksi dini stunting.

“Pemeriksaan yang kita perlukan adalah menentukan apakah dia (anak) pendek karena stunting atau karena yang lain. Lihat dari buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) definisi pendeknya pada -2 SD atau sangat pendek bila di bawah -3 SD," imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr (H.C) dr Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), menyampaikan bahwa memastikan perkembangan anak, merupakan penentu untuk mendiagnoisis stunting pada anak.

Baca juga: Kenali Tanda Awal Stunting pada Anak

"Ketika kita tidak berpegang pada diagnosis yang benar, perawatan (stunting) justru akan salah. BKKBN menggalakkan pengukuran jangan hanya dari sisi pertumbuhan saja, tetapi perkembangannya jangan dilupakan," papar Hasto.

Saat ini masyakat dapat menggunakan aplikasi online Kartu Kembang Anak (KKA), yang dikembangkan BKKBN untuk memantau perkembangan serta pertumbuhan anak, sekaligus menjadi perangkat stimulasi perkembangan setiap bulan.

Nantinya, para orangtua juga bisa dengan mudah mengawasi siklus tumbuh kembang anak yang berkaitan dengan stunting melalui Kartu Kembang Anak online tersebut.

Baca juga: 2 Intervensi Gizi Bantu Percepatan Penurunan Stunting dengan Target 14 Persen 2024

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com