KOMPAS.com - Beredar video banjir dan tanah longsor melanda kawasan dataran tinggi Dieng dan sekitarnya, Rabu (9/2/2022).
Beberapa video banjir Dieng ini telah di unggah oleh beragam akun di berbagai platform media sosialnya, salah satunya Instagram.
Kondisi banjir besar longsor di Dieng itu pun bisa dilihat di postingan akun Instagram @mountnesia pada Kamis (10/2/2022).
Baca juga: Bagaimana Embun Es di Dieng Bisa Terbentuk? Ini Penjelasan Ilmiahnya
Bersamaan dengan postingan tersebut disebutkan bahwa longsor terjadi di beberapa titik jalan menuju Dieng, yakni Kalilembu, Kecamatan Kejajat, Wonosobo.
Melihat video-video yang beredar tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membenarkan telah terjadinya banjir di Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Selasa 9 Februari 2022.
Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Giyarto dalam hasil analisisnya menyampaikan, bahwa penyebab utama banjir Dieng adalah hujan lebat.
Hujan lebat yang mengguyur dataran tinggi Dieng membuat saluran drainase meluap. Akibatnya, sejumlah rumah dan lahan perkebunan terendam banjir.
Berdasarkan catatan UPT pemeliharaan jalan dan irigasi wilayah II Mandiraja, Giyarto mengatakan, analisis meteorologi menunjukkan hujan terjadi dengan curah 147 mm, sementara di Bendung Kalisapi Mandiraja 113 mm.
Giyarto menjelaskan, pemicu hujan lebat yang terjadi adalah peningkatan pembentukan awan cumulonimbus.
Baca juga: Banjir di Banyak Daerah, Kapan Puncak Musim Hujan Berakhir? Ini Penjelasan BMKG
Sirkulasi siklonik di perairan utara Australia yang menyebabkan angin didominasi dari arah barat (angin baratan) di wilayah Jawa Tengah.
"Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan pembentukan awan konvektif (cumulonimbus) dengan potensi hujan intensitas sedang- lebat disertai petir dan dapat disertai dan, ataupun didahului angin kencang di wilayah Pemalang," jelasnya.
Selain itu, kelembapan udara yang cukup tinggi dan labilitas udara yang cukup labil mendukung pertumbuhan awan-awan konvektif (cumulonimbus) di wilayah Pemalang.
Sementara itu, dari pantauan Citra Satelit Himawari menunjukkan adanya pertumbuhan awan konvektif atau cumulonimbus antara pukul 14.10 WIB - 16.00 WIB.
Serta, terdapat nilai reflektifitas radar mencapai 45 dBz di wilayah Banjarnegara yang menunjukkan adanya potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dapat disertai petir dan angin kencang yang dapat memicu terjadinya banjir.
Baca juga: Banjir Sepinggang Orang Dewasa, BMKG Jelaskan Penyebab Banjir di Palembang Hari Ini
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.