Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Omicron Cenderung Banyak Terjadi Reinfeksi, Kok Bisa? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 09/02/2022, 08:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Antibodi merupakan proteksi utama terhadap infeksi virus. Seroconversion rate pada infeksi SARS-CoV-2 diketahui lebih besar dari 90 persen.

"Makin tinggi keparahan Covid-19, makin cepat peningkatan titer antibodi, karena titer neutralizing antibody berkolerasi positif dengan keparahan Covid-19," jelasnya.

Titer ini cukup bervariasi, titer rendah umumnya terjadi pada individu usia tua (imunosenescence), imunokompromais, penyakit kronis, obat imunosupresif, keganasan hematologik.

Antibodi ini dapat terbentuk dari infeksi yang pernah dialami oleh orang tersebut, ataupun dari vaksinasi yang disuntikkan ke dalam tubuh orang itu.

Selain antibodi, CD4 T-Cells dan CD8 T-Cells ikut terlibat dalam adaptasi imunitas saat seseorang terinfeksi virus.

Setelah pasien itu mulai membaik atau sembuh dari infeksi Covid-19, maka selain antibodi, CD4 T-Cells dan CD8 T-Cells, ada peran lain lagi yang ikut aktif dalam meningkatkan memori imunitas yakni Memory B Cells.

Baca juga: Tren Peningkatan Kasus Covid-19 di Indonesia, Apakah Akibat Omicron? Ini Kata Kemenkes

Memory B Cells ini akan berperan sekali saat seseorang mendapatkan lagi paparan lain, antigen entah itu dari vaksinasi ataupun reinfeksi.

"Jadi, fungsi sel memori B ini amat sangat penting sekali," kata dia.

Namun, antibodi yang terbentuk itu atau antibodi netralitas (neutralizing antibody) seiring waktu akan mengalami penurunan, setidaknya dalam 2-3 bulan setelah infeksi atau 4-6 minggu.

Dengan begitu, saat antibodi sebagai sumber utama proteksi diri kita dari dalam ini melemah pada strain atau virus yang terkait, ditambah sifat varian baru Omicron ini yang bisa mengelabui imunitas, akan memudahkan infeksi atau reinfeksi tetap saja terjadi.

Sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Erlina, Helmia menegaskan, meskipun ada peluang atau potensi seseorang mengalami reinfeksi Covid-19, bahkan walaupun ia pernah divaksin sekalipun, tetapi jelas infeksi ulang yang terjadi tidak akan membuat keparahan atau kematian bagi pasien.

"Infeksi ulang pada individu dengan hybrid immunity adalah jarang terjadi," tegasnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Epidemiolog Ingatkan Ancaman Gelombang Ketiga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com