Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak di Bawah Usia 5 Tahun Belum Boleh Divaksin Covid-19, Apa yang Harus Dilakukan?

Kompas.com - 05/02/2022, 16:02 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menggelar program vaksinasi Covid-19 untuk anak usia enam sampai 11 tahun sejak 14 Desember 2021 lalu.

Diberitakan Kompas.com, Senin (10/1/2022) jumlah sasaran vaksinasi anak di Indonesia mencapai 26,5 juta berdasarkan data sensus penduduk tahun 2020.

Akan tetapi, untuk anak di bawah usia lima tahun masih belum bisa mendapatkan vaksin Covid-19.

Lantas, apa yang bisa dilakukan para orangtua untuk melindungi kesehatan anak-anaknya jika belum bisa menerima vaksinasi Covid-19?

Dijelaskan Ahli Respirologi Anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDAI), DR Dr Nastiti Kaswandani, Sp.A (K) menyampaikan bahwa vaksinasi Covid-19 mengacu pada kebijakan pemerintah, dengan melihat kelompok mana yang paling rentan.

Sehingga program vaksinasi Covid-19 tersebut akan tepat sasaran.

"Jadi (vaksin Covid-19) selalu diutamakan lansia, tenaga kesehatan, kemudian orang-orang dengan komorbid," ujar Nastiti dalam siaran live Instagram IDAI, Jumat (4/2/2022).

Baca juga: Kondisi Anak Usia 6-11 Tahun yang Boleh dan Tidak Boleh Vaksin Covid-19

 

Berdasarkan beberapa penelitian, kata Nastiti, angka kematian Covid-19 pada anak yang terinfeksi virus corona lebih rendah atau lebih ringan gejalanya.

Maka, vaksinasi anak dilakukan jika orang yang termasuk kelompok berisiko tinggi tersebut sudah divaksinasi lengkap.

"Yang paling penting sebetulnya bahwa angka kematian anak meskipun rendah, tapi angka kematian di Indonesia mungkin lebih tinggi dibandingkan negara lain," imbuhnya.

Salah satu yang menyebabkan kasus kematian pada anak adalah parameter kesehatan dasar anak di Indonesia yang tidak seoptimal negara lain, termasuk cakupan imunisasi anak.

"Ketika terkena Covid, yang menyerang saluran napas, paru-paru, sering kali didapatkan koinfeksi (infeksi gabungan). Artinya ketika tubuh terkena satu jenis infeksi virus, bukan berarti tertutup untuk virus atau bakteri lainnya," papar Nastiti.

Koinfeksi tersebut kerap memicu kondisi sistem imun anak yang lemah melalui infeksi bakteri dan virus yang menyebabkan beberapa penyakit seperti penumonia, pneumokokus, influenza, maupun campak.

Baca juga: 3 Hal yang Harus Dilakukan Orangtua Sebelum Anak Divaksin Covid-19

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com