KOMPAS.com - Dunia masih belum selesai berperang dengan pandemi virus corona yang telah menginfeksi ratusan ribu orang secara global.
Terbaru, muncul varian Omicron yang masuk dalam daftar variant of concern atau varian yang menjadi perhatian oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Varian baru ini menimbulkan gelombang baru infeksi Covid-19, yang dengan cepat menyebar ke berbagai negara setelah pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan pada November tahun lalu.
Adapun Indonesia juga telah mengumumkan adanya infeksi oleh varian baru ini, bahkan jumlahnya terus bertambah.
Baca juga: 5 Negara yang Jadi Pusat Omicron Terbaru, dari Turki hingga Australia
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman memperkirakan puncak infeksi Omicron di Indonesia, dengan orang-orang membutuhkan bantuan fasilitas kesehatan akan terjadi akhir bulan depan atau awal Maret.
“Menurut saya prediksinya baru akhir Februari atau Maret mulai kelihatan banyak kasus yang datang ke rumah sakit. Walaupun ini potensinya moderat atau belum terlihat akan sebesar varian Delta,” kata Dicky kepada Kompas.com, Senin (10/1/2022).
Dicky mengingatkan pemerintah untuk tetap siap menghadapi skenario terburuk yang ditimbulkan oleh varian baru ini.
Salah satunya yang harus dilakukan dengan memastikan tersedianya obat-obatan, fasilitas isolasi, ICU, ventilator atau bantuan oksigen.
Menurut Dicky, seluruh wilayah di Indonesia yang mempunyai akses internasional, penerbangan domestik, jalur transportasi darat dan laut, berisiko menjadi klaster baru infeksi Omicron.
“Potensi sebetulnya pada gilirannya semua akan terkena, itu menjadi masalah waktu,” ujar dia.
Ia menegaskan bahwa untuk menghadapi situasi ini, pemerintah mempunyai kewajiban memastikan cakupan vaksinasi dosis lengkap atau dua dosis, ditambah vaksinasi booster bagi kelompok rentan.
“Tiga dosis untuk kelompok rawan pada tahap awal, pada gilirannya semua (mendapatkan vaskin booster),” tutur dia.
Baca juga: Tes Antigen Mungkin Tak Mendeteksi Infeksi Awal Omicron, Studi Jelaskan