Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Infeksi Covid-19 Bisa Mengubah Kepribadian? Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 02/01/2022, 20:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sementara itu, Boldrini mencatat beberapa gejala Long Covid mirip dengan gejala akibat infeksi virus lainnya, cedera otak traumatis, dan penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson, Alzheimer, maupun Huntington.

Menurutnya, kondisi ini bisa mengubah cara seseorang beranggapan tentang diri mereka sendiri atau cara berinteraksi dengan orang lain.

Namun, para ahli masih mendalami terkait fenomena yang disebabkan Covid-19 tersebut, dan meyakini bahwa badai sitokin memicu respons imun yang tidak terkendali sehingga merusak atau menghancurkan sel-sel otak secara permanen.

Dikatakan Boldrini, hal tersebut mungkin menyebabkan seseorang menjadi pribadi yang berbeda.

Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat Pasca Natal dan Tahun Baru, Lakukan Ini Usai Pergi Liburan

Keterkaitan antara perubahan kepribadian dengan infeksi Covid-19

“Otak jelas sangat penting dalam menentukan siapa kita. Ini ego kita, itu semua tentang identitas kita,” ujar Ann McKee, ahli saraf di Chronic Traumatic Encephalopathy (CTE) di Boston University.

Sementara, kepribadian cenderung konstan selama memasuki usia dewasa. Hanya saja, fungsi otak yang terganggu dapat menyebabkan perubahan kepribadian yang ekstrem, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya orang yang mengalami hal tersebut setelah terinfeksi Covid-19.

Misalnya Ivan Agerton, mantan fotografer yang mengalami psikosis pada awal tahun 2021 setelah sembuh dari Covid-19. Dia menjadi paranoid, ketakutan orang-orang mengikutinya dan yakin bahwa perwira SWAT berkemah di luar rumahnya.

Bagi beberapa pasien Covid-19, psikosis sembuh seiring waktu, meski tidak ada yang tahu berapa lama gejala tersebut dapat bertahan.

Sebuah penelitian terhadap 395 pasien Covid-19 di rumah sakit menemukan, sebanyak 91 persen pasien memiliki masalah kognitif, kelelahan, depresi, kecemasan, dan masalah tidur.

Para ahli kesehatan pun tengah mencari cara untuk mengobati gejala jangka panjang ini dengan mendalami penyebabnya.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Gejala Brain Fog pada Long Covid Bisa Menurunkan IQ

Boldrini dan timnya telah meneliti hewan yang mati karena terinfeksi virus corona, untuk memeriksa sampel otak yang diberi dengan pewarna cerah untuk mengarakterisasi berbagai jenis sel.

Mereka mengamati perubahan pada hippocampus, wilayah otak yang berada di lobus temporal dan berfungsi dalam fungsi memori dan kognitif, kemudian menghitung sekitar sepersepuluh jumlah neuron baru yang biasanya ada di hippocampus.

“Kabut otak sangat masuk akal bagi saya ketika melihat hilangnya neuron ini dari Covid,” kata Boldrini. T

Tim peneliti juga menemukan kerusakan pada medula yang mengontrol pernapasan dan gerakan. Boldrini berkata, bahwa mereka akan terus memeriksa daerah otak lain jika ada kemungkinan kerusakan.

Peneliti dari Inggris baru-baru ini juga menemukan bukti penurunan fungsi kognitif pada pasien yang terinfeksi virus corona di rumah sakit.

“Kami menemukan bukti bahwa sel-sel tertentu di dalam otak mampu terinfeksi SARS-CoV-2, di mana virus dapat mereplikasi dan menginfeksi jenis sel lain,” papar ahli saraf di University of California, Joseph G Gleeson.

Kendati demikian, Boldrini menuturkan masih banyak pertanyaan yang harus dijawab termasuk bagaimana mencegah virus menyebabkan kerusakan fungsi kognitif.

Baca juga: Sel Memori Kekebalan Cenderung Lemah pada Pasien Covid-19 Parah, Studi Jelaskan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com