Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Saran Epidemiolog untuk Pemerintah dalam Respons Omicron, Tingkatkan Surveillance Genomic

Kompas.com - 30/11/2021, 16:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Adanya varian Omicron yang dengan cepat menyebar ke banyak negara membuat pemerintah menambah masa karantina pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia, yang tadinya 3 hari jadi 7 hari.

Selain itu, WNA yang dalam 14 hari terakhir memiliki riwayat perjalanan ke 11 negara tertentu untuk sementara dilarang masuk ke Indonesia.

Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University, Australia mengatakan karantina 7-14 hari untuk pelaku perjalanan internasional sudah cukup, tapi harus terus dipantau setidaknya selama empat minggu ke depan.

Ini karena masih sangat sedikit yang diketahui para ilmuwan di dunia tentang varian Omicron, termasuk seberapa infeksius varian tersebut dan seberapa parah gejala penyakit yang bisa ditimbulkan.

Dicky berkata, jika varian Omicron terbukti sangat infeksius artinya akan menyebabkan dampak besar dari sisi klinis.

"Jika sangat infeksius, artinya karantina 14 hari harus dilakukan untuk semua," tegasnya.

Baca juga: Epidemiolog: Aturan Karantina Pelaku Internasional 7 Hari Bagus, tapi...

Saran epidemiolog

Untuk merespons situasi saat ini, Dicky mengatakan, hal yang paling penting adalah sistem di dalam negeri.

"Respons yang paling penting adalah menemukan kasus-kasus Omicron," ujarnya.

Apa saja yang harus dilakukan?

1. Tingkatkan surveillance genomic

Dicky mengaku sudah menyampaikan saran ini ketika variant of concern seperti Alpha, Beta, Gamma, dan Delta muncul.

"Saya sudah sampaikan sebenarnya, tapi tidak dilakukan pemerintah dengan berbagai alasan hingga akhirnya kita lihat Delta menimbulkan masalah," kata dia.

"Apa itu? Surveillance genomic kita lemah, hanya 0,2 persen dari total kasus yang kita sekuensi. Berarti kan sangat minim."

"Dibandingkan Afrika Selatan saja kita 4 kali lebih rendah, dibandingkan Singapura kita mungkin 10-20 kali lebih rendah," sambungnya.

Surveilans genomik merupakan upaya pelacakan dan pemantauan genom virus corona untuk mencegah meluasnya penyebaran virus. Pelacakan tersebut akan menjadi penentu intervensi kesehatan yang perlu dilakukan.

Dikatakan Dicky, upaya surveilans genomik yang rendah dari pemerintah memiliki risiko kerawanan.

"Artinya, kemampuan kita mendeteksi, memantau situasi, itu dalam kaitan varian-varian yang beredar di Indonesia sangat lemah," paparnya.

Warga mengenakan masker melakukan perjalanan dengan kereta bawah tanah di Beijing, China, Senin (25/10/2021). Penyebaran Covid-19 di China kembali menjadi peringatan setelah klaster baru terkait sekelompok wisatawan ditemukan 17 Oktober lalu.AFP/NOEL CELIS Warga mengenakan masker melakukan perjalanan dengan kereta bawah tanah di Beijing, China, Senin (25/10/2021). Penyebaran Covid-19 di China kembali menjadi peringatan setelah klaster baru terkait sekelompok wisatawan ditemukan 17 Oktober lalu.

2. Lacak pelaku perjalanan internasional

Selain meningkatkan surveilans genomik, cara yang bisa dilakukan untuk melihat apakah varian Omicron sudah ada di Tanah Air atau belum adalah dengan melacak pelancong atau kru pesawat dari atau ke negara-negara Afrika dan negara lain yang sudah melaporkan Omicron, termasuk Hong Kong.

"Cari orang yang datang atau pergi ke negara-negara itu selama sebulan terakhir, sejak awal November hingga akhir November, termasuk kru pesawatnya.
Ini yang akan membantu mencari tahu apa kita masih aman atau sudah kemasukan varian Omicron," kata Dicky.

"Kalau ada yang positif Covid-19, sampel mereka langsung dilakukan genom sequencing. Ini yang harusnya dilakukan."

3. Tingkatkan 3T untuk pemerintah

3T yang berupa tracing, testing, dan treatment juga harus dilakukan pemerintah.

Kondisi seperti ini mengingatkan kita untuk tidak abai, tidak merasa kondisi sudah aman karena angka kematian atau kasus rendah padahal testing pasif.

4. 5M bagi masyarakat

5M juga harus terus dilakukan oleh masyarakat, yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Dicky berkata, pesan penting dari adanya varian Omicron adalah pandemi belum selesai.

"Pengabaian terhadap 5M membuat kita semakin berisiko. Ketika abai 5M dan ada varian baru, itu cepet banget penularannya," ucapnya.

5. Vaksinasi

Meski sejumlah studi mengatakan ada penurunan efektivitas vaksin setelah beberapa bulan, Dicky menegaskan, vaksin masih sangat penting dilakukan.

"Meski ada penurunan efektivitas, tapi enggak mungkin menurun sampai nol. Oleh karena itu, upaya pelaksanaan vaksinasi masih sangat penting," ujar Dicky.

"Namun yang terpenting, vaksinasi harus dilakukan secara merata, tidak terpusat di Jawa dan Bali saja."

Baca juga: Ada Varian Baru Omicron, Akankah Gelombang 3 Pandemi Terjadi Akhir Tahun Ini?

Pesan penting untuk pemerintah dan masyarakat adalah pandemi belum selesai.

Dicky berkata, kita semua harus memiliki konsistensi, komitmen, dan kesabaran untuk berperang melawan Covid-19.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com