Hal itu menggambarkan A.sediba merupakan spesies peralihan, dari kehidupan arboreal (hidup di pohon) dan kemudian berjalan ke tanah.
Meski begitu masih terjadi perdebatan apakan A.sediba merupakan nenek moyang langsung manusia modern.
Namun, manusia purba yang hidup sekitar dua juta tahun dengan tinggi sekitar 1,5 m ini, memiliki campuran aneh fitur wajah modern dan kuno.
Terlepas dari pertentangan itu, A.sediba merupakan kerabat manusia yang menarik dan dapat membantu kita lebih memahami fisiologi manusia.
"Punggung bawah manusia rentan terhadap cedera dan rasa sakit terkait dengan postur, kehamilan, dan olahraga. Oleh karena itu, memahami bagaimana punggung bagian bawah berevolusi dapat membantu kita mempelajari mencegah cedera dan menjaga kesehatan punggung," tulis peneliti dalam makalahnya, seperti dikutip dari Science Alert.
Penelitian dipublikasikan di jurnal eLife.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.