Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misi ke Asteroid Bennu Ungkap Mengapa Permukaan Asteroid Berbatu?

Kompas.com - 26/11/2021, 07:31 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Selanjutnya, Saverio Cambioni, seorang peneliti dari University of Arizona, menggunakan mesin pembelajaran dan data suhu permukaan asteroid untuk memecahkan misteri ini. Penelitian tahun 2021 tersebut telah dipublikasikan di jurnal Nature.

Cambioni dan timnya meneliti di Lunar and Planetary Laboratory, dan akhirnya menemukan bahwa permukaan asteroid Bennu memiliki batuan yang sangat berpori. Batuan ini yang mengakibatkan sedikitnya regolith halus di permukaan asteroid.

Dia memaparkan, ketika melihat foto pertama asteroid Bennu, para ilmuwan mencatat beberapa area di mana resolusinya tidak cukup tinggi untuk melihat apakah ada bebatuan kecil atau regolith halus.

"Kami mulai menggunakan pendekatan pembelajaran mesin untuk membedakan regolith halus dari batu menggunakan data emisi termal (inframerah),” jelasnya. 

Menurut dia, hanya mesin yang secara efisien dapat menjelajahi keseluruhan data.

Setelah menyelesaikan analisis data, para peneliti menemukan sesuatu yang dinilai aneh, yaitu regolith halus tidak disebarkan secara acak di asteroid Bennu, tetapi tersebar di bagian batuan tidak berpori dengan jumlah yang sangat sedikit.

"Pada dasarnya, sebagian besar energi tumbukan digunakan untuk menghancurkan pori-pori yang membatasi fragmentasi batuan dan produksi dari regolith halus baru," ungkap Chrysa Avdellidou, peneliti di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis (CNRS).

Baca juga: Wahana NASA Mendarat di Asteroid Bennu, Selidiki Penciptaan Tata Surya

Ditemukan juga bahwa retakan di permukaan disebabkan oleh proses pemanasan dan pendinginan batuan asteroid Bennu.

Sederhananya, saat sebuah asteroid berotasi sepanjang siang dan malam, kemudian bergerak lebih lambat di bagian batuan berpori dibandingkan saat bergerak di batuan yang lebih padat, maka produksi regolith halus pun berkurang.

"Ketika OSIRIS-REx mengirimkan sampel Bennu (ke Bumi) pada September 2023, para ilmuwan dapat mempelajari sampel secara detail. Termasuk menguji sifat fisik batuan untuk memverifikasi penelitian," kata Jason Dworkin, salah satu ilmuwan OSIRIS-REx.

Tim peneliti berpikir bahwa keberadaan petak besar regolith halus ini tidak biasanya terjadi pada asteroid berkarbon. Sebaliknya, bagian permukaan yang banyak memiliki regolith halus umumnya terdapat di asteroid tipe S.

Menurut Cambioni, penelitian ini adalah bagian penting dalam teka-teki untuk menjawab keragaman permukaan asteroid.

Sebab, asteroid telah dianggap sebagai sisa-sisa pembentukan Tata Surya. Jadi bagi para peneliti mendalami evolusi yang telah dialaminya sangat penting dilakukan seiring dengan pemahaman tentang bagaimana Tata Surya terbentuk dan berevolusi.

"Sekarang setelah kita mengetahui perbedaan mendasar antara asteroid berkarbon dan asteroid tipe S, tim (peneliti) di masa depan dapat mempersiapkan misi pengumpulan sampel dengan lebih baik tergantung pada sifat asteroid yang dituju,” jelas Cambioni.

Baca juga: Asteroid Bennu Jauh Lebih Aktif dari Perkiraan Sebelumnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com