Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Menguap Bisa Menular? Ternyata Ini Penyebabnya

Kompas.com - 08/11/2021, 17:00 WIB
Zintan Prihatini,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saat mengantuk, seseorang kerap menguap sebagai respons alami dari tubuh. Kita cenderung sulit menahan diri untuk tidak menguap, apalagi jika orang di sekitar ada yang melakukannya.

Dilansir dari Healthline, Rabu (5/2/2020), teori yang paling didukung secara ilmiah tentang mengapa kita menguap adalah pengaturan suhu otak.

Sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Physiology & Behavior mengamati kebiasaan menguap pada 120 orang dan menemukan bahwa menguap lebih sedikit terjadi selama musim dingin.

Jika suhu otak tidak normal seperti seharusnya, menghirup udara dapat membantu mendinginkannya. Namun, apakah Anda sudah tahu bahwa menguap bisa menular?

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Kenapa Air Mata Keluar Saat Menguap?

Untuk menjawabnya, misteri tubuh manusia kali ini membahas tentang alasan mengapa menguap bisa menular.

Melasir Live Science, Jumat (1/9/2017) sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyebab kita menguap setelah orang di dekat kita menguap sebenarnya karena fungsi motorik di otak.

Menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Current Biology tahun 2017, para ilmuwan menyebut dorongan untuk menguap ketika Anda melihat orang lain melakukannya disebut echophenomenon. Dengan kata lain, itu adalah tiruan otomatis dari orang lain.

Jenis echophenomena lainnya termasuk echolalia yaitu meniru kata-kata seseorang, serta  echopraxia, yaitu meniru tindakan seseorang.

Para peneliti mengamati 36 orang dewasa yang diminta untuk menonton klip video orang lain yang sedang menguap. Menggunakan stimulasi magnetik transkranial (TMS), para peneliti mengukur aktivitas otak peserta selama percobaan.

Dalam satu percobaan, orang-orang diminta untuk mencoba dan menahan menguap mereka saat melihat video menguap, atau mereka bisa menguap dengan bebas. Kemudian, para peserta diminta untuk melakukan yang sebaliknya.

Pada percobaan lainnya, para peserta diberi instruksi yang sama, tetapi para peneliti juga menerapkan arus listrik di kepala orang-orang tersebut. Arus ini dimaksudkan untuk merangsang korteks motorik, yang dianggap mengendalikan manusia menguap.

Hasil penelitian tersebut menemukan, bahwa sebagian partisipan berhasil menahan untuk menguap, sedikit partisipan yang benar-benar menguap secara penuh, tetapi ditemukan peningkatan pada menguap yang tertahan.

Lalu ketika para peserta disuruh menahan diri untuk tidak menguap, justru keinginan untuk menguap naik.

"Dengan kata lain, dorongan untuk menguap meningkat dengan mencoba menghentikan diri Anda sendiri (untuk tidak menguap)," ujar profesor neuropsikologi kognitif di University of Nottingham di Inggris sekaligud penulis studi, Georgina Jackson.

Baca juga: Perilaku Menguap yang Menular Terjadi Juga pada Singa, Ini Buktinya

Para peneliti juga menemukan bahwa kecenderungan untuk menguap terkait dengan tingkat aktivitas otak di korteks motorik seseorang. Artinya, semakin banyak aktivitas di area otak tersebut, maka semakin besar keinginan untuk menguap.

Memang, ketika para peneliti menerapkan arus listrik ke bagian tersebut, keinginan untuk menguap meningkat. Temuan ini mungkin mengimplikasikan pada gangguan neurologis tertentu, seperti sindrom Tourette, yang membuat seseorang sulit untuk menolak tindakan tertentu.

Menguap yang bisa menular tidak hanya dialami manusia saja. Hewan seperti anjing dan simpanse, juga rentan terhadap fenomena tersebut.

Sementara itu, penelitian lain dari Universitas Baylor, menguap bisa menular karena seseorang menunjukkan empati dan sebuah ikatan.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences, mengamati 135 mahasiswa berdasarkan kepribadian mereka, serta bagaimana mereka bereaksi terhadap gerakan wajah yang berbeda.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa semakin sedikit empati yang dimiliki seseorang, maka semakin kecil kemungkinan mereka akan menguap setelah melihat orang lain menguap.

Tetapi, penting untuk dicatat bahwa hasil ini tidak dapat digeneralisasi. Tidak menguap karena melihat orang lain mengupa bukanlah bukti kecenderungan psikopat maupun sosiopat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com