Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menkes Sebut Vaksin Booster Diperkirakan Awal Tahun 2022, Siapa Saja yang Diprioritaskan?

Kompas.com - 08/11/2021, 16:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemberian vaksin booster atau vaksin Covid-19 dosis ketiga dapat dilakukan setelah lebih dari 50 persen sasaran tervaksinasi dengan lengkap.

Hal tersebut diungkapkan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin saat rapat bersama Komisi IX DPR RI, Senin (8/11/2021).

Di samping itu, dia menyebut, isu vaksin booster masih menjadi persoalan yang sensitif di dunia. Sebab, masih banyak penduduk di Afrika yang masih belum mendapatkan vaksin Covid-19 di saat beberapa negara maju sudah memberlakukan vaksin tambahan.

Baca juga: WHO: Booster Vaksin Covid-19 untuk Orang dengan Gangguan Sistem Kekebalan dan Lansia

Budi menjelaskan, mengacu pada negara-negara lain yang telah melaksanakan vaksin dosis ketiga, rencana vaksin booster akan diberikan sesudah 50 persen dari penduduk Indonesia divaksinasi dua kali.

"Semua negara yang memulai booster dilakukan sesudah 50 persen dari penduduknya disuntik dua kali. Dan kita memperkirakan ini akan terjadi di bulan Desember," jelasnya.

"Hitung-hitungan kami kan di akhir Desember, (sebanyak) 59 persen kita bisa capai divaksin dua kali dan 80 persen sudah dapat vaksin pertama. Jadi itu adalah saat yang lebih proper, lebih pas untuk kita bisa memberikan vaksin booster ke depannya," lanjut Budi.

Pemberian vaksin dosis ketiga akan dilakukan sebanyak satu kali. Sebab, berdasarkan analisa secara medis, titer antibodi naik secara signifikan bagi mereka yang sudah mendapatkannya.

Prioritas pemberian vaksin booster

Budi menegaskan, prioritas pemberian vaksin booster yang ditanggung pemerintah adalah pada lansia yang dinilai berisiko tinggi, serta PBI (Penerima Bantuan Iuran) BPJS Kesehatan.

Lebih lanjut, ia mengatakan, masyarakat yang termasuk kategori vaksinasi booster berbayar bisa memilih jenis vaksin yang mau disuntikkan kepadanya.

Jenis vaksin booster yang akan digunakan

Sementara ini, pilihan vaksin booster yang tersedia meliputi vaksin Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer. Namun, pihak Kemenkes masih dalam tahap uji klinis untuk melihat efektivitas vaksin.

"Kita juga sekarang sedang melakukan uji klinis dengan temen-temen dari perguruan tinggi. Apakah sama atau campur. Jadi istilahnya homologus atau heterologus. Jadi diharapkan akhir Desember ini bisa selesai. Contohnya Sinovac-Sinovac-Sinovac, dibandingkan dengan Sinovac-Sinovac-AstraZeneca, dibandingkan dengan Sinovac-Sinovac-Pfizer. Mungkin ini akan menjadi salah satu yang (dipakai) di dunia," tambahnya.

Uji klinis yang tengah berjalan ini, Budi menyebut, nantinya akan menjadi perbandingan vaksin mana yang terbaik, sehingga kebijakan yang disusun pun berdasarkan bukti-bukti ilmiah.

Baca juga: Vaksin Kombinasi Efektif Mencegah Covid-19, Studi Jelaskan

Vaksin booster diperlukan akibat penurunan efektivitas vaksin

Melansir WebMD, Jumat (5/11/2021), berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Public Health Institute di Oakland, peneliti dari Veterans Affairs Medical Center di San Francisco, dan peneliti di University of Texas Health Science Center menemukan, bahwa efektivitas vaksin Covid-19 menurun setelah enam bulan.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Science tersebut menunjukkan, bahwa tiga vaksin diproduksi oleh Pfizer-BioNTech, Moderna, serta Johnson & Johnson disebut turun drastis ketika varian Delta melanda Amerika Serikat.

Hal tersebut diungkapkan dalam sebuah penelitian terhadap hampir 800.000 veteran.

Baca juga: Studi Terbaru Ungkap Efektivitas Vaksin Covid-19 Turun Drastis Setelah 6 Bulan

Peneliti mencatat, dua dosis vaksin Moderna efektivitasnya menurun dari yang sebelumnya 89 persen efektif pada bulan Maret, menjadi 58 persen efektif pada bulan September.

Sementara, pada vaksin Pfizer-BioNTech berubah dari 87 persen efektif menjadi 45 persen efektif selama periode waktu yang sama.

Vaksin Johnson & Johnson yang menunjukkan penurunan terbesar, yakni dari efektivitas sebesar 86 persen menjadi 13 persen selama rentang waktu 6 bulan tersebut.

Ketiga vaksin itu juga kehilangan efektivitasnya dalam kemampuan untuk melindungi terhadap kematian pada 65 veteran, dan lebih banyak setelahnya hanya dalam waktu 3 bulan.

Namun demikian, dibandingkan dengan peserta yang tidak divaksinasi dalam kelompok usia tersebut, mereka yang mendapatkan vaksin Moderna 76 persen lebih kecil risikonya untuk meninggal karena Covid-19.

Para peneliti juga menyebut, studi ini menegaskan perlunya vaksin booster, ditambah langkah-langkah perlindungan seperti sertifikat vaksin, perintah vaksinasi yang tegas, penggunaan masker, kebiasaan mencuci tangan, serta jaga jarak atau social distancing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com