Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Trimah Mendadak Dititipkan ke Panti Jompo oleh Anaknya, Ini Saran Psikolog

Kompas.com - 03/11/2021, 21:52 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Seorang ibu bernama Trimah (69) yang dititipkan tiga anaknya di panti werdha atau panti jompo Malang, ramai menjadi perbincangan di media sosial.

Hal itu karena awalnya sang Ibu tak diberitahu dirinya akan dititipkan di panti werdha.

Seperti telah diberitakan Kompas.com sebelumnya, Selasa (2/11/2021), ibu Trimah mengakuanaknya hanya akan mengajaknya jalan-jalan.

Baca juga: Viral Ibu Trimah Dititipkan 3 Anaknya di Panti Jompo Malang, Ini Kata Sosiolog

Ia tak menyangka akan diantarkan anak-anaknya ke panti khusus lansia di Griya Lansia Husnul Khatimah di Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, pada 27 Oktober lalu.

"Pokoknya pergi yuk, tadinya bilang (perginya) dekat," tutur Trimah mengenang kembali hari di mana dia dititipkan.

Saat tiba di rumah panti jompo tersebut, Trimah hanya pasrah mengikuti kehendak anak-anaknya, meski mengaku kecewa. Anak-anaknya bahkan berpesan untuk bersabar.

Namun, Trimah mengaku saat ini dirinya merasa betah di panti jompo. Ia tak mau pulang jika dijemput anaknya.

"Tidak mau udahan. Di sini saja ada yang merawat daripada disia-siakan," kata Trimah saat ditemui di Griya Lansia Husnul Khotimah, Senin (1/11/2021).

Menanggapi kejadian tersebut, Psikolog Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Wieka Dyah Partasari. M. Si., Psikolog mengatakan, untuk masyarakat Indonesia, tempat paling ideal untuk menghabiskan masa tua bagi orang lanjut usia (lansia) adalah di rumah sendiri.

“Untuk orangtua yang masih dalam kondisi sehat dan bisa melakukan perawatan diri sehari-hari secara mandiri, tempat paling ideal adalah rumahnya sendiri. Meski tinggal di rumah anaknya sendiri, umumnya tetap merasa tidak nyaman,” ujar Wieka kepada Kompas.com.

Menurutnya, hal tersebut karena lansia cenderung sulit untuk menyesuaikan diri di lingkungan baru.

Sementara orangtua usia lanjut yang dalam kondisi sakit mau tak mau membutuhkan orang lain, termasuk anaknya untuk membantunya.

Belum lagi, ditambahkan Wieka, masa lansia adalah salah satu tantangan perkembangan hidup yang paling berat, karena banyak kehilangan.

Mulai dari kehilangan pekerjaan karena pensiun, kehilangan pasangan hidup yang meninggal lebih dulu, hingga yang seringkali membuat frustrasi adalah kehilangan fungsi tubuh seiring berjalannya waktu.

“Kehilangan pekerjaan berarti kehilangan penghasilan dan relasi, kehilangan fungsi tubuh misalnya pada lansia yang stroke, yang tadinya bisa melakukan berbagai hal sendiri, sekarang harus dibantu orang lain. Ini membuat mereka frustrasi, dan mungkin membuat mereka cenderung sensitif dan mudah marah,” jelas Wieka yang mendalami psikologi Lansia.

Untuk menghadapinya tentu dibutuhkan kesabaran ekstra dan perlu kerja sama anggota keluarga.

Baca juga: Ahli Sebut Mobilitas Lansia Pengaruhi Angka Harapan Hidupnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com