KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) melakukan pemantauan siklon tropis Malou dan dampaknya terhadap kondisi cuaca di Indonesia.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, siklon tropis Malou ini tumbuh di Samudra Pasifik timur laut Philipina tepatnya di 19,4 derajat LU dan 138,3 derajat BT.
"Siklon tropis Malou merupakan siklon yang tumbuh dari bibit siklon 98W yang sebelumnya terbentuk sejak 25 Oktober 2021," kata dia.
Berdasarkan analisis terbaru hari ini tanggal 26 Oktober 2021 pukul 07.00 WIB, siklon tropis Malou memiliki kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai 45 knot (83 km/jam).
Baca juga: 2 Bibit Siklon Tropis Terdeteksi, Ini Potensi Dampaknya pada Indonesia
Sementara, tekanan di pusatnya mencapai 994 hPa dengan pergerakan sistem ke arah utara dan keluar dari wilayah monitoring TCWC Jakarta dalam 24 jam kedepan dengan intensitas yang menguat.
"Siklon tropis Malou posisinya sudah cukup jauh dari wilayah Indonesia, akan tetapi dampak tidak langsung terhadap kondisi gelombang di wilayah Indonesia masih dapat terjadi dalam 24 jam kedepan," ujarnya.
Dampak tidak langsung dari siklon tropis Malou ini adalah gelombang laut dengan ketinggian yang bisa mencapai 1,25 hingga 2,5 meter, yang berpeluang terjadi di Samudera Pasifik Utara Halmahera.
Bersamaan dengan bibit siklon 98W yang sudah tumbuh menjadi siklon tropis Malou. Saat ini, BMKG juga masih memantau adanya bibit siklon tropis 99W di Laut China Selatan, tepatnya di 12,7 derajat LU, 110,6 derajat BT.
Diketahui bahwa kecepatan angin maksimum sistem 99W mencapai 23 knot (42 km/jam) dengan tekanan 1009 mb dengan pergerakan ke arah barat barat laut menuju daratan Vietnam.
"Diperkirakan bibit 99W akan melemah intensitasnya seiring pergerakan ke arah daratan," ujarnya.
Bibit siklon tropis 99W juga diprakirakan akan memberikan dampak tidak langsung yakni meningkatkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di sebagian besar Kalimantan, dan tinggi gelombang yang bisa mencapai 2,4 sampai 4,0 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan Laut China Selatan.
Baca juga: 2 Siklon Tropis Terdeteksi Tumbuh di Belahan Bumi Utara, Ini Dampaknya pada Indonesia
Guswanto berkata, BMKG terus melakukan pemantauan perkembangan Siklon Tropis dan aktifitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstremnya.
Terkait dengan potensi cuaca ekstrem tersebut, masyarakat diimbau untuk melakukan beberapa hal berikut.