Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] 94 Persen Pasien Covid-19 Meninggal Belum Vaksin | Riset Soal Sperma Dicabut

Kompas.com - 08/09/2021, 07:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Lantas, kenapa penelitian ini dicabut?

Dalam laporan yang juga terbit di Science Advances edisi 19 Mei 2021 berjudul Retraction of the Research Article: “Human sperm uses asymmetric and anisotropic flagellar controls to regulate swimming symmetry and cell steering” dijelaskan kenapa laporan tentang pergerakan sperma itu dicabut.

Selengkapnya baca di sini:

Riset Sperma Tidak Berenang tapi Mengalir Dicabut, Ini Penjelasannya

3. Planet dingin ditemukan di seluruh galaksi Bima Sakti

Dalam studi baru, para peneliti di Osaka University, Jepang menggunakan kombinasi pengamatan dan pemodelan untuk menemukan planet-planet dingin yang ada di seluruh galaksi Bima Sakti.

Meski ada ribuan planet yang ditemukan di Galaksi Bima Sakti, namun sebagian besar berada kurang dari beberapa ribu tahun cahaya dari Bumi.

Kendati demikian, seperti dilansir dari Phys, Senin (6/9/2021) galaksi kita ini berada di 100.000 tahun cahaya, sehingga sulit untuk menyelidiki distribusi galaksi planet.

Namun, sekarang, para peneliti yelah menemukan cara untuk mengatasi rintangan dalam menyelidiki planet-planet di luar galaksi ini.

Para peneliti Jepang bekerja sama dengan badan antariksa nasional Amerika Serikat (NASA), menggunakan kombinasi pengamatan dan pemodelan untuk menentukan bagaimana probalitas planet-host bervariasi dengan jarak dari pusat galaksi.

Pengamatan yang dilakukan peneliti ini didasarkan pada fenomena yang disebut pelensaan mikro gravitasi. Fenomena di mana benda-benda seperti planet bertindak sebagai lensa, membengkokkan dan memperbesar cahaya dari bintang-bintang yang jauh.

Baca di sini selengkapnya:

Planet Dingin Ada di Seluruh Galaksi Bima Sakti, Studi Temukan

4. Mengenal kanker peritoneal

Kanker peritoneal adalah jenis kanker langka yang berkembang di lapisan tipis jaringan yang melapisi perut.

Kanker peritoneal tidak sama dengan kanker perut maupun kanker usus. Dilansir dari laman RS Mount Elizabeth, kanker peritoneal dapat muncul dari peritoneum itu sendiri atau dari organ utama yang terkena kanker.

Kanker peritoneal menimpa hingga 25 persen orang yang mengalami kanker di saluran pencernaan atau ginekologi stadium lanjut dan seringkali menjadi titik akhir pada orang yang mengalami kanker stadium 4.

Peritonektomi atau operasi sitoreduktif dan Kemoterapi Intraperitoneal Hipertermik (HIPEC) merupakan suatu kombinasi prosedur yang baru terbukti meningkatkan efektivits dalam melawan kanker peritoneum.

Kenali gejala dan faktor risikonya:

Kanker Peritoneal: Gejala dan Faktor Risikonya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com