Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Sperma Tidak Berenang tapi Mengalir Dicabut, Ini Penjelasannya

Kompas.com - 07/09/2021, 17:32 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Penelitian tahun lalu yang mengatakan sperma tidak berenang untuk menuju ovum dicabut karena kesimpulan yang tidak akurat.

Pada Agustus 2020, ahli matematika dari University of Bristol di Inggris mengatakan bahwa pergerakan sperma menuju ovum tidak dengan cara berenang tapi hanya bergerak memutar dan hanya menggoyangkan ekor.

Penelitian yang terbit di Science Advances edisi 31 Juli 2020 mengatakan, temuan ini berdasar pengamatan dengan mikroskop 3D dan video berkecepatan tinggi.

Lantas, kenapa penelitian ini dicabut?

Baca juga: Menjebak Sperma dengan Antibodi, Peneliti Kembangkan Jenis Kontrasepsi Baru

Dalam laporan yang juga terbit di Science Advances edisi 19 Mei 2021 berjudul Retraction of the Research Article: “Human sperm uses asymmetric and anisotropic flagellar controls to regulate swimming symmetry and cell steering” dijelaskan kenapa laporan tentang pergerakan sperma itu dicabut.

Peneliti studi Hermes Gadelha dari Department of Engineering Mathematics, Universitas Bristol di Inggris mengatakan bahwa dalam studi yang terbit tahun 2020 yang berjudul “Sperma manusia menggunakan kontrol flagel asimetris dan anisotropik untuk mengatur simetri renang dan kemudi sel”, penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan eksperimental pelacakan presisi tinggi flagel sperma manusia dalam analisis bentuk gelombang 3D dan flagela.

Flagela adalah alat gerak berbentuk cambuk pada sejumlah organisme bersel satu.

"Setelah publikasi, pembaca mengidentifikasi bahwa meskipun data eksperimental dan analisis flagela 3D kami baik, kesimpulan asimetri flagela dan anisotropi tidak dapat ditarik secara tegas hanya dengan menggunakan data bentuk gelombang flagela 3D," tulis Gadelha dalam laporan terbaru.

Baca juga: Studi Terbaru: Covid-19 Bisa Turunkan Kualitas Sperma, Kok Bisa?

Dengan kata lain, deskripsi asimetri dan anisotropi dalam artikel yang tayang pada 2020 tidak akurat dan tidak lengkap.

"Karena itu, kami mencabut artikel penelitian tersebut," tulis tim peneliti.

"Kami menyesal ini tidak ditemukan lebih cepat dan kami berterima kasih kepada komunitas ilmiah atas tanggapan dan diskusi yang cepat dari pekerjaan kami."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com