Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/09/2021, 13:02 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com – Christian F. Hempelmann meneliti wabah tertawa yang diklaim telah melumpuhkan banyak kota selama berbulan-bulan.

Peneliti dari Texas A&M University tersebut mengakatan, stres yang ekstensif, bukan kebahagiaan, yang memicu wabah tertawa.

Dilansir dari Chicago Tribune dan Atlas Obscura, berikut adalah fakta mengenai wabah tertawa.

1. Awal munculnya wabah tertawa

Wabah ini dimulai di sebuah sekolah asrama kecil di Desa Kashasha, Tanzania, Afrika. Awalnya, terdengar gelak tawa dari sekelompok kecil siswa, mungkin karena lelucon.

Kemudian, seluruh sekolah terpengaruh dan gelak tawa pun menular. Satu orang tertawa, orang lain tertawa, hingga menyebar seperti longsoran salju.

Baca juga: Hewan Juga Bisa Tertawa, Analisis Data Vokalisasi Buktinya

Alhasil, ketika para orangtua menjemput anak-anak mereka di sekolah, mereka pun ikut tertawa.

Penduduk di desa lain kemudian tertular dan seterusnya. Adapun epidemi ini berlangsung selama enam bulan hingga satu setengah tahun.

b. Tidak tertawa terus selama setahun

Tidak benar jika disebutkan bahwa wabah tertawa menyebabkan korbannya terus tertawa selama satu tahun.

Pasalnya, tidak ada orang yang bisa tertawa lebih dari sekitar 20 detik karena tertawa sangat membebani pernapasan.

Jadi, tidak mungkin seluruh populasi tertawa selama satu tahun karena mereka akan merasakan sakit.

Baca juga: Manfaat Tertawa untuk Kesehatan, Tingkatkan Imun hingga Bakar Kalori

c. Berkaitan dengan kecemasan

Wabah tertawa ini tidak ada hubungannya dengan humor atau lelucon. Perlu diketahui bahwa tertawa merupakan salah satu dari banyak gejala.

Orang-orang yang terdampak wabah tertawa menunjukkan gejala yang berkaitan dengan kecemasan, mulai dari rasa sakit, pingsan, hingga masalah pernapasan.

3. Penyebab wabah tertawa

Ini disebut dengan histeria massal, yakni ketika perilaku tertentu diamati dalam sekelompok orang yang tidak terkait dengan stimulus lingkungan tertentu, tidak ada penyebab khusus.

Penyebabnya juga bukan unsur lingkungan, seperti keracunan makanan. Ada faktor stres bersama yang mendasari dalam populasi.

Gejala penderita wabah tertawa termasuk serangan tertawa yang berulang dan menangis yang berlangsung selama beberapa jam hingga belasan hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com