Menurut Elvioza, terapi yang saat ini tersedia bagi pasien wet-AMD di Indonesia bukan bertujuan untuk menyembuhkan, tetapi memperlambat progresivitas penyakit.
“Pengobatan wet AMD merupakan terapi jangka panjang. Bagi dokter, mengontrol cairan retina sangat penting untuk mengendalikan perkembangan penyakit dan memperbaiki kondisi penglihatan,"tuturnya.
Berdasarkan pedoman penanganan wet AMD di Indonesia, beberapa terapi yang dapat digunakan meliputi laser fotokoagulasi, terapi fotodinamik, dan anti-VEGF.
Terapi anti-VEGF merupakan terapi baru yang digunakan untuk mengobati penyakit Wet-AMD sejak tahun 2006 lalu, dan ini merupakan standard of care pengobatan wet-AMD.
Terapi ini dilakukan dengan injeksi intravitreal atau suntikan melalui mata.
Anti-VEGF bekerja dengan menghambat pembentukan pembuluh darah pada mata pasien wet-AMD.
"Terapi Anti-VEGF ini dapat mencegah perburukan kondisi wet-AMD dan dapat meningkatkan penglihatan pasien wet-AMD," ujarnya.
Adapun, anti-VEGF di Indonesia memliki beragam jenisnya, di antaranya seperti Ranibizumab (2006), Aflibercept (2011), dan Brolucizumab (2021).
Sembari melakukan terapi anti-VEGF, maka pasien juga harus melakukan beberapa hal seperti berikut:
- Mengikuti jadwal pengobatan dan arahan dari dokter
- Menjaga gaya hidup yang sehat, olahraga dan berhenti merokok
- Mengurangi paparan sinar matahari
- Diet makanan tinggi antioksidan seperti saffron, jagung manis, bayam, selada, paprika, dan kale
Adapun, untuk memeriksakan mata dianjurkan setiap 2 tahun sekali bagi orang-orang di bawah usia 40 tahun dan sekali setiap 1-2 tahun bagi orang-orang di usia 40 tahun ke atas.
Baca juga: Mengenal Glaukoma, Penyebab Kebutaan Nomor 2 di Seluruh Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.