Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Gejala Wet AMD, Penyebab Kebutaan Parah pada Lansia

Kompas.com - 13/08/2021, 19:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meskipun jarang ditemukan, tetapi penyakit Age-Related Macular Degeneration (AMD) atau degenerasi makula tipe basah (Wet-AMD) berperan pada 90 persen kasus kebutaan di dunia.

"Wet AMD berperan pada 90 persen kasus- kehilangan penglihatan yang parah," kata dr Elvioza SpM(K), Dokter Spesialis Mata dalam diskusi daring oleh Novartis Indonesia, Kamis (12/8/2021).

Age-Related Macular Degeneration (AMD) adalah penyakit mata progresif yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dengan cepat. 

Baca juga: Mengenal Penyebab AMD, Penyakit Mata Progresif Penyebab Kebutaan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, bahwa AMD adalah salah satu penyebab kebutaan terbesar secara global.

Pada tahun 2020 sendiri, terdapat 1,8 juta kasus kebutaan global yang disebabkan oleh AMD.

Apa itu Wet-AMD?

Wet-AMD adalah kondisi lebih lanjut dari AMD atau degenerasi makula yang ditandai adanya proses neovaskularisasi, di mana pembuluh darah baru mulai terbentuk di belakang retina. 

"Wet AMD (AMD basah), akan terbentuk pembuluh darah baru di belakang retina, bagian makula, yang berfungsi sebagai pusat penglihatan," kata dia.

Pembentukan pembuluh darah ini didorong oleh suatu protein yang disebut dengan VEGF.

Namun, pembuluh darah tersebut sangat halus, serta rentan bocor cairan dan darah hingga masuk ke lapisan makula. 

Gangguan tersebut membentuk jaringan parut yang menghambat fungsi sel retina. 

"Pembuluh darah ini halus dan cenderung menyebabkan kebocoran cairan atau darah, sehingga menyebabkan kehilangan penglihatan," jelasnya.

Penyakit ini merupakan penyebab utama kehilangan penglihatan yang parah dan kebutaan pada pasien AMD di atas usia 65 tahun, serta memengaruhi 20 juta orang di seluruh dunia

Siapa saja yang berisiko mengalami Wet-AMD?

Elvioza menjelaskan, penyakit mata wet-AMD muncul seiring bertambahnya usia. Umumnya diderita oleh kelompok lansia berumur 50 tahun ke atas.

Selain usia, berikut beberapa faktor risiko lainnya yang terkait dengan wet-AMD yakni:

- Usia yang meningkat

- Wanita

- Merokok

- Kurang olahraga

- Pola makan

- Genetik (riwayat keluarga menderita AMD)

- Paparan sinar matahari

- Diet yang buruk

Gejala Wet-AMD

Perlu diketahui, untuk dapat mencurigai apa yang Anda alami adalah Wet-AMD, maka perlu memperhatikan beberapa gejalanya sebagai berikut.

- Penglihatan buram

- Titik hitam di pusat penglihatan (skotoma)

- Penurunan sensitivitas kontras

- Penglihatan bergelombang (metamorfopsia)

- Garis lurus terlihat bergelombang atau terdistorsi

- Peningkatan sensitivitas terhadap cahaya

Namun, gejala dan perkembangan penyakit Wet-AMD ini dapat berbeda-beda di setiap orang.

Nah, semua gejala ini jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka Wet-AMD dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang parah dan meningkatkan risiko kebutaan.

"Sayangnya, banyak pasien yang baru memeriksakan matanya setelah kondisinya memburuk," ucap dia.

Dengan begitu, penting sekali bagi pasien Wet-AMD untuk datang ke dokter sesuai jadwal dan mengikuti arahan dokter.

Baca juga: Cegah Kebutaan pada Penderita Lepra dengan Teknik Modifikasi Tarsorafi

 

Pengobatan Wet-AMD

Menurut Elvioza, terapi yang saat ini tersedia bagi pasien wet-AMD di Indonesia bukan bertujuan untuk menyembuhkan, tetapi memperlambat progresivitas penyakit.

“Pengobatan wet AMD merupakan terapi jangka panjang. Bagi dokter, mengontrol cairan retina sangat penting untuk mengendalikan perkembangan penyakit dan memperbaiki kondisi penglihatan,"tuturnya.

Berdasarkan pedoman penanganan wet AMD di Indonesia, beberapa terapi yang dapat digunakan meliputi laser fotokoagulasi, terapi fotodinamik, dan anti-VEGF. 

Terapi anti-VEGF merupakan terapi baru yang digunakan untuk mengobati penyakit Wet-AMD sejak tahun 2006 lalu, dan ini merupakan standard of care pengobatan wet-AMD.

Terapi ini dilakukan dengan injeksi intravitreal atau suntikan melalui mata.

Anti-VEGF bekerja dengan menghambat pembentukan pembuluh darah pada mata pasien wet-AMD. 

"Terapi Anti-VEGF ini dapat mencegah perburukan kondisi wet-AMD dan dapat meningkatkan penglihatan pasien wet-AMD," ujarnya.

Adapun, anti-VEGF di Indonesia memliki beragam jenisnya, di antaranya seperti Ranibizumab (2006), Aflibercept (2011), dan Brolucizumab (2021).

Sembari melakukan terapi anti-VEGF, maka pasien juga harus melakukan beberapa hal seperti berikut:

- Mengikuti jadwal pengobatan dan arahan dari dokter

- Menjaga gaya hidup yang sehat, olahraga dan berhenti merokok

- Mengurangi paparan sinar matahari

- Diet makanan tinggi antioksidan seperti saffron, jagung manis, bayam, selada, paprika, dan kale

Adapun, untuk memeriksakan mata dianjurkan setiap 2 tahun sekali bagi orang-orang di bawah usia 40 tahun dan sekali setiap 1-2 tahun bagi orang-orang di usia 40 tahun ke atas.

Baca juga: Mengenal Glaukoma, Penyebab Kebutaan Nomor 2 di Seluruh Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com