Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Glaukoma, Penyebab Kebutaan Nomor 2 di Seluruh Dunia

Kompas.com - 16/03/2020, 11:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Glaukoma merupakan kondisi mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Ironisnya, kondisi ini menjadi penyebab kebutaan tertinggi kedua di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI dalam laporan Situasi Glaukoma di Indonesia 2019 mengemukakan perkiraan jumlah penderita glaukoma secara global mencapai 76 juta pada 2020.

Jumlah tersebut meningkat sekitar 25,6 persen dari angka satu dekade lalu yang masih 60,5 juta orang.

Disampaikan oleh Dokter Subspesialis Glaukoma, Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, SpM(K),  diperkirakan akan ada peningkatan hingga 114 juta pasien glaukoma pada 2040 jika tidak segera ditangani atau ditekan faktor penyebab penyakit itu.

Baca juga: Suka Main Gadget? Berikut Tips Jaga Kesehatan Mata agar Tak Rusak

Data yang sempat dirilis di Indonesia mengungkap, angka prevalensi galukoma sebesar 0,46 persen.

Sementara dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online menemukan bahwa jumlah kunjungan glaukoma pada pasien rawat jalan mencapai 427.091 pada tahun 2017. Hal ini dikatakan meningkat lebih dari lima kali lipat dibandingkan tahun 2015.

Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup penyandangnya.

Kualitas hidup yang terpengaruh akibat galukoma ini adalah sebagai berikut.

  • Kecemasan bahkan depresi adanya risiko kebutaan
  • Keterbatasan aktivitas sehari-hari karena gangguan lapang pandang
  • Kendala fungsi sosial karena mulai menghilangnya penglihatan
  • Efek samping pengobatan
  • Pengaruh finansial akibat biaya pengobatan yang dikeluarkan

"(Glaukoma) nyaris tak memiliki gejala pada tahap awal. Glaukoma justru berpotensi memberi impak yang lebih fatal, yaitu kebutaan permanen," kata Widya dalam acara bertajuk Deteksi Dini sebagai Langkah Jitu Melawan si Pencuri Penglihatan, di JEC Eye Hospital & Clinics, Sabtu (14/3/2020).

Sayangnya, kata Widya, di Indonesia permasalahan glaukoma masih memprihatinkan lantaran penderita seringkali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut.

Oleh sebab itu, penatalaksanaan glaukoma sedini mungkin sangatlah krusial agar progresivitas penyakit ini dapat dikontrol dan kerusakan saraf mata bisa diperlambat sehingga kebutaan pun tercegah.

"Deteksi dini dan penanganan sejak fase awal menjadi faktor kunci untuk mencegah hilangnya penglihatan akibat glaukoma," ujar dia.

Pengobatan glaukoma

Dilansir SehatQ, deteksi dini glaukoma dapat memperlambat atau mencegah hilangnya penglihatan.

Tujuan pengobatan glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan dalam bola mata penderita (tekanan intraokular). Tergantung pada kondisi penderita, glaukoma dapat diobati dengan cara diberi obat tetes mata, perawatan laser atau operasi.

Pengobatan glaukoma sering dimulai dengan obat tetes mata yang diresepkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com