KOMPAS.com - Glaukoma merupakan kondisi mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Ironisnya, kondisi ini menjadi penyebab kebutaan tertinggi kedua di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI dalam laporan Situasi Glaukoma di Indonesia 2019 mengemukakan perkiraan jumlah penderita glaukoma secara global mencapai 76 juta pada 2020.
Jumlah tersebut meningkat sekitar 25,6 persen dari angka satu dekade lalu yang masih 60,5 juta orang.
Disampaikan oleh Dokter Subspesialis Glaukoma, Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyogo, SpM(K), diperkirakan akan ada peningkatan hingga 114 juta pasien glaukoma pada 2040 jika tidak segera ditangani atau ditekan faktor penyebab penyakit itu.
Baca juga: Suka Main Gadget? Berikut Tips Jaga Kesehatan Mata agar Tak Rusak
Data yang sempat dirilis di Indonesia mengungkap, angka prevalensi galukoma sebesar 0,46 persen.
Sementara dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) online menemukan bahwa jumlah kunjungan glaukoma pada pasien rawat jalan mencapai 427.091 pada tahun 2017. Hal ini dikatakan meningkat lebih dari lima kali lipat dibandingkan tahun 2015.
Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup penyandangnya.
Kualitas hidup yang terpengaruh akibat galukoma ini adalah sebagai berikut.
"(Glaukoma) nyaris tak memiliki gejala pada tahap awal. Glaukoma justru berpotensi memberi impak yang lebih fatal, yaitu kebutaan permanen," kata Widya dalam acara bertajuk Deteksi Dini sebagai Langkah Jitu Melawan si Pencuri Penglihatan, di JEC Eye Hospital & Clinics, Sabtu (14/3/2020).
Sayangnya, kata Widya, di Indonesia permasalahan glaukoma masih memprihatinkan lantaran penderita seringkali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.