Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya ASI dan Dukungan Keluarga dalam Proses Menyusui

Kompas.com - 04/08/2021, 13:02 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Keberhasilan proses menyusui merupakan tanggung jawab suami, keluarga terdekat, dan lingkungan sekitar ibu.

Hal tersebut disampaikan oleh dr Nia Wulan Sari, CIMI., Dokter Umum Konselor Laktasi di RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, pada siaran pers RS Pondok Indah yang diterima Kompas.com, Senin (2/8/2021).

Sayangnya, masih banyak anggapan di masyarakat yang mengatakan bahwa menyusui hanyalah tugas yang dimiliki ibu.

Ibu juga dianggap pasti mampu menyusui secara alami tanpa adanya kendala yang menghambat.

Namun anggapan ini tentunya keliru karena hambatan menyusui yang dialami ibu dan anak adalah hal yang nyata terjadi.

Baca juga: Ibu Terinfeksi Covid-19, Bolehkah Menyusui Bayinya? Ini Kata Dokter

Semakin banyaknya anggapan demikian di masyarakat, akhirnya membuat hambatan menyusui menjadi tidak terpecahkan.

"Suburnya tanggapan ini di masyarakat membuat banyak hambatan menyusui menjadi tidak terpecahkan. Pada akhirnya, tumbuh kembang sang buah hati pun menjadi taruhannya" kata dr. Nia.

Padahal, menyusui adalah investasi berharga bagi tumbuh kembang anak. Selain itu, menyusui juga berkontribusi pada kelangsungan hidup, kesehatan dan kesejahteraan semua orang.

Di kesempatan yang sama, dr Nia juga menyampaikan beberapa permasalahan yang kerap ditemui dalam proses menyusui.

Masalah dari kondisi ibu seperti ASI belum lancar keluar, posisi pelekatan bayi yang belum baik sehingga menyebabkan puting ibu lecet dan terasa nyeri saat menyusui, payudara bengkak dan bentuk puting yang datar atau retracted, menjadi permasalahan yang pertama.

Permasalahan kedua yang datang dari kondisi ibu adalah kurangnya informasi ibu mengenai laktasi.

Sementara, faktor dari luar kondisi ibu yang juga bisa menjadi permasalahan selanjutnya adalah keluarga yang tidak mendukung pemberian ASI.

Pendapat negatif orang lain dan anjuran pemberian susu formula sejak dini dari orang-orang sekitar ibu juga kerap muncul sebagai permasalahan.

ilustrasi asupan nutrisi ibu menyusuiShutterstock ilustrasi asupan nutrisi ibu menyusui

Ditambah lagi dengan tenaga kesehatan yang kurang sabar dan tidak berpengalaman dalam memberikan edukasi laktasi pada ibu menyusui, membuat dukungan kepada ibu menjadi semakin minim.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ibu menyusui yang mendapatkan dukungan penuh dari suami dan keluarga akan memiliki tingkat keberhasilan menyusui yang lebih tinggi.

Sehingga dibutuhkan dukungan penuh secara moril, materiil dan pemberian informasi laktasi yang aktual baik dari keluarga terdekat, tenaga kesehatan hingga masyarakat untuk menyukseskan pemberian ASI eksklusif.

Untuk itu, dr. Nia menjelaskan terdapat 7 kesempatan yang bisa digunakan oleh tenaga kesehatan atau konselor laktasi pada calon ibu dan ibu menyusui dalam memberikan informasi aktual mengenai laktasi.

  1. Membahas keuntungan dan manajemen menyusui sejak saat hamil
  2. Membahas proses menyusui dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi sejak saat hamil
  3. Memberikan bimbingan kontak kulit dini antara ibu dengan bayi saat inisiasi menyusui dini (IMD) pada ibu setelah melahirkan
  4. Memberikan bimbingan posisi menyusui yang baik dan membantu pelekatan mulut bayi pada payudara
  5. Mendiskusikan mengenai kesulitan atau kendala yang dihadapi oleh ibu setelah satu minggu melahirkan
  6. Mendiskusikan kesulitan yang mungkin masih dialami oleh ibu menyusui setelah satu minggu melahirkan
  7. Mendiskusikan kesulitan yang mungkin masih dialami oleh ibu menyusui, persiapan kembali kerja, proses memerah ASI, penyimpanan dan pemberian ASI perah dan hal lain pada ibu setelah dua bulan melahirkan

Baca juga: Vaksin Covid-19 untuk Ibu Menyusui, Apakah Aman?

Nia menambahkan, kandungan ASI dapat memberikan antibodi pada bayi yang membantunya untuk terhindar dari infeksi saluran napas (ISPA), diare, infeksi telinga dan penyakit lainnya.

Bayi yang tidak mendapatkan ASI juga lebih berisiko mengalami obesitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com