Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Komet Raksasa dan Upaya Mencapai Tepian Surya

Kompas.com - 10/07/2021, 17:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada dua hal signifikan mengapa komet raksasa Bernardinelli–Bernstein begitu penting meski sesungguhnya cukup redup.

Baca juga: Ramai Lintang Kemukus di Tuban, Apa Itu Komet dan Kenapa Ada Ekornya?

Pertama, inilah komet terbesar yang pernah teramati sepanjang sejarah. Dimensinya melampaui intikomet Sarabat (C/1729 P1), komet raksasa terakhir (diameter sekitar 100 km) yang pernah terlihat sebelumnya hampir empat abad silam.

Komet–komet yang pernah teramati umumnya berdiameter kecil. Misalnya intikomet legendaris Halley yang hanya 16 x 8 km saja. Juga intikomet Borrely, yang mirip paha ayam dengan dimensi lebih kecil lagi yakni hanya 8 x 4 km saja.

Hadirnya sebuah komet dengan intikomet raksasa menyajikan peluang lebih baik guna memahami sifat–sifat komet dalam resolusi yang lebih baik.

Kedua, komet raksasa Bernardinelli–Bernstein akan tampak di langit kita dalam waktu cukup lama. Berdasarkan profil orbitnya, maka komet ini akan memiliki tingkat terang di antara +14 hingga +20 selama dua dasawarsa ke depan. Sepanjang waktu tersebut, komet raksasa ini akan bisa diamati oleh fasilitas teleskop termaju yang ada pada saat ini.

Selang waktu demikian jauh lebih panjang dibandingkan yang pernah disediakan oleh komet–komet dari awan Opik–Oort lainnya, yang umumnya hanya berbilang minggu hingga bulan saja. Sehingga terbuka kesempatan lebih baik guna mempelajari awan Opik–Oort melalui salah satu ‘utusan’ raksasa satu–satunya sejauh ini.

Model tata surya termutakhir yang menjadi konsensus astronomi terkini menyarankan sednoid dan kometisimal awan Opik–Oort terbentuk pada kawasan yang jauh lebih dekat ke Matahari dibanding sekarang; yakni di antara orbit Jupiter hingga Neptunus.

Penataan besar–besaran akibat migrasi akbar planet–planet di masa bayi tata surya menyebabkan populasi sednoid dan kometisimal dihentakkan keluar. Migrasi tersebut terjadi akibat sedikit mendekatnya Jupiter ke Matahari yang diimbangi oleh menjauhnya tiga raksasa lainnya dari Matahari, yakni Saturnus, Neptunus dan Uranus.

Terdorong menjauhnya Neptunus bahkan cukup spektakuler karena demikian besar sehingga melampaui kedudukan Uranus. Dorongan Neptunus pula yang membentuk sabuk Kuiper–Edgeworth serta zona hamburan di sisi luarnya. Sementara itu, sednoid dan kometisimal terusir lebih jauh hingga ke tepian tata surya yang dingin membekukan di tapal batas heliosfer hingga membentuk awan Opik–Oort.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com