Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/10/2020, 16:40 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Pada hari Sabtu kemarin (10/10/2020); warganet digegerkan dengan kemunculan cahaya merah terang di langit Tuban, Jawa Timur. Cahaya terang itu disebut-sebut sebagai lintang kemukus.

Untuk diketahui, lintang kemukus adalah istilah yang digunakan oleh orang Jawa untuk menyebut komet atau bintang berekor.

Komet sendiri, dijelaskan dalam situs resmi NASA, adalah sisa-sisa beku dari pembentukan tata surya yang terdiri dari debu, batu dan es. Ia memiliki ukuran awal kira-kira sebesar kota kecil.

Untuk lebih mudahnya, Anda bisa membayangkan komet seperti bola salju yang mengorbit Matahari.

Baca juga: Lintang Kemukus dan Mitos yang Mengikutinya, Begini Penjelasan Sains

Nah, mungkin kini Anda bertanya-tanya, mengapa komet memiliki ekor?

Faktanya, komet tidak memiliki satu, tetapi dua ekor.

Dilansir dari Sky and Telescope, ekor komet terbentuk ketika mereka mendekati Matahari, tepatnya ketika komet mencapai perihelion atau titik terdekatnya dengan Matahari dalam orbitnya.

Matahari yang begitu panas membuat es pada komet menguap, dan melepaskan partikel debu serta gas yang terperangkap di dalamnya.

Tekanan radiasi Matahari dan angin Matahari lantas meniup gas dan debu ini, dan membentuk dua ekor komet berbeda yang panjangnya bisa mencapai jutaan kilometer.

Baca juga: Komet Atlas, Lintang Kemukus yang Telah Betas di Tengah Pandemi Corona

Ekor pertama adalah ekor ion yang terbentuk ketika cahaya ultraviolet mengionisasi gas netral yang dilepaskan oleh komet. Ketika terbawa angin Matahari, ion ini membentuk ekor yang bercahaya biru bila dilihat dari Bumi.

Sementara itu, ekor kedua adalah ekor debu yang terdiri dari partikel-partikel debu kecil.

Ketika komet mendekati Matahari, tekanan dari radiasi Matahari mendorong partikel-partikel ini hingga terlepas dari nukleus komet. Partikel-partikel debu kemudian mengikuti orbit komet dan membentuk ekor melengkung yang tampak putih atau merah muda dari Bumi.

Pada saat ini, jumlah komet yang diketahui baru 3.679.

Namun, para ahli memprediksikan bahwa angka komet yang sebenarnya adalah miliaran. Komet-komet yang jumlahnya begitu banyak ini mengitari Matahari kita di Sabuk Kuiper atau di Awan Oort yang lebih jauh.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com