Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lintang Kemukus dan Mitos yang Mengikutinya, Begini Penjelasan Sains

Kompas.com - 12/10/2020, 12:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Sabtu (10/10/2020) malam, beberapa warga di Tuban Jawa Timurmelihat cahaya merah terang membentuk garis vertikal tegak lurus.

Banyak orang meyakini ini adalah lintang kemukus dan mengaitkannya dengan berbagai kepercayaan, khususnya pertanda buruk seperti akan ada pagebluk, bencana alam, dan lain sebagainya.

Hal ini pun disebut oleh sejumlah warganet di sosial media, termasuk Ni'am Fauzi dalam akun @Koncotanicorp dan @SyamAbdullah2.

Baca juga: Ledakan Komet Diduga Jadi Penyebab Hancurnya Desa Kuno di Suriah

"Kemunculan Lintang Kemukus, 10/10/2020 Tuban, jika ini benar aji-titen orang jawa pertanda Ratu kang geger, perang kang ora uwis2, beras larang emas murah," tulis @Koncotanicorp dalam twitnya.

Hal serupa pun ditulis akun @SyamAbdullah2 dalam twitnya.

"Tadi malam jam 22.10 ada kemunculan Lintang Kemukus di langit Tuban. Dulu sebelum Soeharto lengser, juga muncul lintang kemukus. Banyak rakyat yang melihat kemunculan nya. Mudah mudahan ini juga merupakan sebuah pertanda ... Amiin."

Mitos komet dan pagebluk

Dampak pagebluk atau wabah penyakit dalam istilah Jawa, dapat membawa banyak kejadian mengerikan. Hingga ada istilah isuk loro, sore mati atau di pagi hari sakit, sorenya meninggal.

Ilustrasi komet Ilustrasi komet

Dilansir Historia dalam artikel berjudul Mitos dan Tetenger Wabah Penyakit yang terbit 28 Maret 2020, saking menakutkannya pagebluk, orang Jawa mungkin mulai mencari pertanda atau tetengger sebelum wabah datang.

Pada zaman Mataram Islam misalnya, pagebluk dihubungkan dengan kemunculan bintang berekor atau komet. Orang Jawa menyebutnya lintang kemukus.

Menurut tradisi mereka, kemunculan komet pada arah tertentu memiliki arti, di antaranya sebagai pertanda kemunculan pagebluk.

"Memang umumnya penampakkan komet dimaknai sebagai membawa ‘hal yang kurang baik’, kecuali apabila muncul di arah barat," jelas Dwi Cahyono, arkeolog yang mengajar sejarah di Universitas Negeri Malang kepada Historia.

Berdasarkan buku Sejarah Kutha Sala: Kraton Sala, Bengawan Sala, Gunung Lawu yang ditulis R.M. Ng. Tiknopranoto dan R. Mardisuwignya, Dwi menjelaskan ada beberapa pertanda berdasarkan dari mana arah lintang kemukus datang

Bila komet muncul di arah timur tandanya ada raja yang sedang berbela sungkawa. Lalu rakyatnya bingung. Desa pun banyak yang mengalami kerusakan dan kesusahan. Harga beras dan padi murah, tetapi emas mahal harganya.

Bila bintang berekor muncul di tenggara menandakan ada raja yang mangkat. Orang desa banyak yang pindah. Hujan jarang. Buah banyak yang rusak. Ada wabah penyakit yang membuat banyak orang sakit dan meninggal. Beras dan padi mahal. Kerbau dan sapi banyak yang dijual.

Apabila komet muncul di arah selatan tandanya ada raja mangkat. Para pembesar susah. Banyak hujan. Hasil kebun melimpah. Beras, padi, kerbau, dan sapi dihargai murah. Orang desa merana, karenanya mereka pun mengagungkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Suci.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com