Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU)

Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) adalah organ departementasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan–kebijakan Nahdlatul Ulama dalam ranah falakiyah, yaitu ilmu astronomi yang ditujukan bagi pelaksanaan aspek–aspek ibadah Umat Islam. LFNU ada di tingkat pusat (PBNU), propinsi (PWNU) hingga kabupaten / kota (PCNU). Lembaga Falakiyah PBNU berkedudukan di Gedung PBNU lantai 4, Jl. Kramat Raya no. 164 Jakarta Pusat.

Komet SWAN dan Bintang Berekor Dalam Khazanah Ilmu Falak

Kompas.com - 15/05/2020, 19:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Hendro Setyanto, Ahmad Junaidi dan Ma’rufin Sudibyo

SEBUAH komet yang relatif terang mengerjap di atas kaki langit timur dalam hari–hari ini. Namanya komet SWAN, dikodekan sebagai C/2020 F8 berdasarkan tatanama provisional dari International Astronomical Union.

Ia baru ditemukan pada 25 Maret 2020 lalu oleh Michael Matiazzo, seorang astronom amatir Australia, berdasarkan citra dari kamera SWAN (Solar Wind Anisotropy) pada wahana antariksa SOHO (Solar and Heliospheric Observatory). SOHO adalah satelit pengamat Matahari produk kerjasama NASA dan ESA yang berpangkalan di luar orbit Bulan dan telah bertugas tanpa henti dalam seperempat abad terakhir.

Komet SWAN adalah komet ke–3.932 yang ditemukan SOHO dan komet ke–12 yang ditemukan melalui kamera SWAN. Komet ini segera menarik perhatian dunia pasca pupusnya harapan pada Komet Atlas (C/2019 Y4). Sebab, komet SWAN diprakirakan akan mulai memasuki ambang batas kemampuan mata manusia mulai awal Mei.

Lembaga Falakiyah PBNU tidak secara resmi menginstruksikan menggelar pengamatan terhadap komet ini. Namun, sebagai lembaga yang beranggotakan para ahli falak yang sebagian di antaranya memiliki kualifikasi setara astronom pada umumnya, muncul inisiatif pengamatan terhadap komet SWAN di sejumlah lokasi.

Misalnya yang dilaksanakan Dr. Ahmad Junaidi di Ponorogo (Jawa Timur) dengan teleskop kreasi pribadi. Demikian halnya yang dilaksanakan Hendro Setyanto melalui observatorium pribadi Imah Noong di Lembang, Jawa Barat.

Dalam kedua observasi yang berbeda lokasi dan waktu itu, komet tampak sebagai bintik cahaya samar yang diselubungi pendar warna kehijauan. Warna hijau diproduksi emisi cahaya molekul sianogen (CN) dan molekul karbon diatomik (C = C).

Hanya pada fotografi dengan eksposur yang cukup lama (60 detik atau lebih), maka bentuk ekor komet yang selalu menjauhi posisi Matahari akan terlihat.

Kedua observasi tersebut menegaskan komet SWAN memang ada di orbitnya sesuai yang diperhitungkan. Pada saat diobservasi, komet berada di rasi Cetus dengan ketinggian yang terus menurun dari hari ke hari.

Hingga artikel ini dibuat, posisi komet sudah berada di rasi Aries. Dan komet dalam kondisi sehat, artinya tidak terfragmentasi sebagaimana yang diderita Komet Atlas.

Komet SWAN merupakan komet parabolik, yakni komet yang bergerak menyusuri orbit berbentuk parabola atau hampir mendekati parabola.

Analisis termutakhir terhadap barisenter tata surya, yakni titik pusat massa Matahari dan segenap planet–planet besarnya, menunjukkan orbit komet SWAN adalah demikian lonjong. Sehingga periode orbitnya mencapai puluhan juta tahun.

Dengan kata lain, saat ini mungkin menjadi kesempatan pertama bagi sang komet untuk mengunjungi tata surya bagian dalam sebelum kembali melata jauh ke tepian, menyusuri tempat–tempat yang dingin membekukan.

Komet dalam ilmu falak

Tugas utama ilmu falak memang mengelaborasi kedudukan Matahari dan Bulan yang kemudian diderivasikan sebagai penanda waktu dan arah bagi kepentingan ibadah Umat Islam. Turunan tersebut meliputi penentuan waktu shalat, penentuan arah kiblat dan penentuan waktu ibadah terkait kalender Hijriyyah seperti bulan Ramadhan ini.

Namun bukan berarti kajian dan observasi akan benda–benda langit lainnya tak masuk radar. Seperti komet, misalnya, tetap menjadi bahan pengamatan sebagai bagian dari kekaguman Umat Islam terhadap Allah SWT sang pencipta semesta raya beserta segala isinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com